Selasa 12 Mar 2019 15:22 WIB

Anak Bisa Lakukan Banyak Aktivitas di Masjid

Bagaimana merangkul anak supaya main di masjid daripada main di mall, gadget, tawuran

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah murid PAUD Tunas Bina saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar di Masjid Al-Ikhlas, Tamansari, Jakarta Barat (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah murid PAUD Tunas Bina saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar di Masjid Al-Ikhlas, Tamansari, Jakarta Barat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Masjid Indonesia (DMI) meyakini anak-anak dapat melakukan bermacam aktivitas di lingkungan masjid. Hal itu mempertegas kampanye program Masjid Ramah Anak di Indonesia.

“Iya banyak aktivitas yang bisa dilakukan anak. Intinya kita merangkul kembali anak supaya main di masjid daripada dia main di mall, gadget, tawuran. Itu (masjid) untuk mencegah perkembangan itu,” kata Ketua PP DMI bidang Pemberdayaan Potensi Muslimah, Anak, dan Keluarga (PPMAK) Maria Ulfah Anshor kepada Republika.co.id, Selasa (12/3).

Baca Juga

DMI baru saja meluncurkan buku Panduan Pengambangan Masjid Ramah Anak di Indonesia. Buku itu hasil kerja sama dengan kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), dan Kementerian Agama (Kemenag).

Maria menjelaskan penerapan panduan masjid ramah anak tidak membutuhan pembangunan fasilitas tambahan. Sebab, program masjid ramah anak lebih menekankan pada mengisi perspektif masyarakat dan pengurus masjid tentang lingkungan yang nyaman bagi anak-anak. DMI sudah menyiapkan program pelatihan khusus bagi marbot untuk menyukseskan program masjid ramah anak itu.

“Yang kita isi adalah perspektifnya. Pengelolanya yang kita isi perpektifnya dengan training (pelatihan), ada penataannya dalam sistem pengelolaannya,” ujar Maria.

Dia menegaskan penerapan program itu tidak membutuhkan perombakan atau renovasi fisik masjid. Namun, memang ada ketentuan khusus terkait masjid ramah anak, seperti memiliki tangga ramah penyandang disabilitas, toilet terpisah antara laki-laki dan perempuan, toilet anak, tempat wudhu anak. “Penambahan kecil untuk menyempurnakan. Kita tak ingin mengubah dan membongkar,” kata dia.

Terkait sumber daya manusia pandamping anak di masjid, Maria menyebut sudah banyak masjid yang memilikinya. Sebab, hampir semua masjid memiliki program pengajian anak, kendati waktunya terbatas.

Maria mengatakan, biasanya masjid ramai saat waktu shalat dan pengajian anak. Karena itu, sepanjang hari atau selepas shalat Subuh hingga Zuhur tak ada aktivitas. Sementara itu, selama ini banyak anak yang sekolah setengah hari. “Ini arena, ruang yang ingin kita berikan ke anak, agar mengisi aktivitas di sana,” ujar dia.

Maria mengatakan banyak aktivitas yang bisa dilakukan anak, tak hanya mengaji. Menurut dia, masjid bisa menjadi arena penguatan pada aspek sosial, keterampilan, tempat bermain edukatif. Karena itu, salah satu indikator masjid ramah anak yakni memiliki ruang bermain anak, baik dalam ruang atau luar ruang. Selain itu, ada pendamping untuk anak yang masih balita. Pun anak-anak bisa ikut shalat berjamaah dengan pendampiangan dari pengurus masjid.

Terkait program masjid ramah anak, Maria mengatakan DMI tidak menyediakan alokasi anggaran khusus. Sebab, DMI bekerja sama dengan Kemenag dalam merealisasikan program itu. Untuk program percontohan, DMI dan Kemenag menunjuk satu masjid di satu provinsi. Akan ada 10 provinsi yang menjadi proyek percontohan masjid ramah anak.

“Nominalnya untuk satu unit masjid, sebesar Rp 50 juta. Itu untuk menata, akses disabilitas, memisah toilet laki-laki dan perempuan, kloset anak, wudhu anak,” ujar Maria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement