Jumat 08 Mar 2019 16:16 WIB

Mimpi Berjumpa Nabi Karunia Allah SWT

Kaum Muslimin yang melihat Rasulullah memiliki derajat yang bertingkat-tingkat,

Rasulullah
Foto: Wikipedia
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Melihat Nabi SAW dalam tidur merupakan penglihatan yang benar karena berhubungan dengan pribadi Rasulullah SAW. Mimpi itu merupakan karunia dari Allah SWT karena akan mengangkat derajat seseorang di sisi-Nya.

Kaum Muslimin yang melihat Rasulullah SAW memiliki derajat yang bertingkat-tingkat. Paling tinggi adalah saling berbicara dengan Rasulullah SAW, sementara paling kecil derajatnya adalah orang yang hanya melihatnya. Di antara dua tingkatan ini, masih ada banyak tingkatan yang berbeda-beda sesuai kedekatan seseorang dengan Nabi SAW dalam penglihatannya.

Baca Juga

Ibnu Abbas adalah salah satu dari sahabat yang pernah memimpikan Nabi SAW dalam tidurnya. Setelah terbangun, dia terus memikirkannya. Tiba-tiba, Ibnu Abbas didatangi ummahat al mu'minin (para istri nabi) atau mungkin juga bibi Nabi, Maymunah. Ia kemudian mengeluarkan cermin Nabi SAW. Saat melihat cermin itu, Ibnu Abbas melihat gambaran Nabi SAW, bukan gambar dirinya sendiri.

Sabda Nabi SAW jika, "Tidak sepatutnya bagi setan menyerupaiku," diartikan bahwasanya setan tidak akan sanggup menjelma dan terlihat seperti gambaran Rasulullah SAW. Perbedaan gambaran Nabi yang dilihat seseorang dalam mimpinya bergantung pada perbedaan isyarat.

Sebagian ahli tafsir mimpi mengatakan, "Apabila Nabi terlihat berwujud orang tua, maka itu mengisyaratkan tahun kedamai an. Namun, jika terlihat sebagai pemuda, itu pertanda tahun peperangan."

Imam al-Nawawi pun ber kata, "Barang siapa melihat Nabi SAW dalam gambaran bagus, hal itu menunjukkan agama orang tersebut baik. Jika sebaliknya, hal itu menunjukkan noda dalam akidah orang yang melihatnya. Dengan demikian, faedah melihat Nabi dalam tidur bisa tercapai lah. Si pemimpi pun akan melihat jelas apakah dalam dirinya ada cela atau tidak? Sebab, Nabi SAW tak ubahnya cermin yang mengilap. Dia bisa menggambarkan ke adaan yang melihatnya.

Karena itu, Imam al-Ghazali menafsirkan jika sabda Nabi SAW 'Melihatku' bukan berarti: ia melihat 'tubuhku'. Melainkan percontohan yang memperlihatkan makan yang kita maksud. De mikian dengan sabdanya, "Maka ia akan melihatku dalam jaga," bukan berarti ia melihat jasad atau tubuhku.

Abu Sa'id menjelaskan, maksud dari hadis ini adalah barang siapa ketika tidur melihat Nabi SAW dalam sifat apa pun, maka bergembiralah. Dia melihat penglihatan yang sebenarnya dari Allah SWT bukan mimpi biasa yang datang dari setan.

Nabi SAW juga bersabda, "Barang siapa melihatku dalam tidurnya, maka ia telah melihat ku." Menurut al-Thayyibi, hadis ini bermakna barang siapa melihat Nabi SAW maka dia telah melihat hakikat Nabi SAW yang sempurna. Penglihatannya merupakan kebenaran yang tidak diragukan. (Ditukil dari buku Ke ajaib an Tidur karya Dr Ahmad Syawqi Ibrahim). Wallahu a'lam. 

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement