Jumat 08 Mar 2019 15:51 WIB

Pendidikan Tingkatkan Kemampuan Amil

Baik dan jujur harus sudah tertanam dari kader-kader amil sebelum bertugas.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agung Sasongko
zakat
zakat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pendiri Dompet Dhuafa Eri Sudewo mengatakan, pendidikan amil menjadi alat yang dapat diandalkan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan di bidang ziswaf. Eri menyampaikan, berdasarkan catatannya, potensi ziswaf mencapai Rp 500 miliar per bulan dari 100 ribu orang kaya di Indonesia. Nilai tersebut belum diambil dari sektor lain yang jumlahnya dipastikan akan lebih banyak lagi.

"Karena mengelola uang itu kan harus dimanfaatkan secara betul tak lagi sekadar baik dan jujur," kata Eri saat dihubungi bekum lama ini.

Baca Juga

Menurut Eri, baik dan jujur harus sudah tertanam dari kader-kader amil sebelum mulai mengelola keuangan (ziswaf). Ketika amil memulai pekerjaannya, dia harus mampu mengelola dengan baik dana ziswaf. "Baik mengelola pada waktu menerima, mengisi lajur-lajurnya supaya on the track dan kemudian ada perencanaan untuk disalurkan ke mana ke mustahiknya. Jadi, semua harus dipelajari," ujar dia.

Eri mengatakan, sampai sekarang ada dua lembaga pendidikan khusus amil. Di antaranya, Institut Manajemen Zakat Dom pet Dhuafa dan Sekolah Amil Indo nesia Forum Zakat. Eri menyebutkan, ada tiga peran IMZ yang awal didirikan antara tahun 1999 dan 2000 itu.

Pertama, kata Eri, IMZ dibuat sebagai lembaga think thank perziswakafan Indonesia, khususnya zakat. Kedua untuk publikasi tentang perzakatan. Ketiga untuk menyiapkan amil di seluruh Indonesia menjadi profesional. "Itulah dasar IMZ didirikan," kata dia.

Eri pun menyambut baik berdirinya Sekolah Amil Indonesia Forum Zakat. Me nu rut dia, sekolah itu didirikan untuk saling mengisi kekurangan, bukan untuk saling bersaing demi mendapatkan profit semata.

Dia menegaskan, dunia ziswaf masih butuh lebih banyak lagi institusi pendidikan yang fokus untuk menyiapkan amil profesional. "Masih kurang karena dana umat ini besar sekali. Kalau nanti amilnya baik dan men jadi maslahat muzakinya puas mustahik nya senang," kata dia.

Jika melihat potensi ziswaf yang begitu besar, ketersediaan institusi amil zakat dengan kebutuhan amil sekarang masih belum optimal. Terlebih, Eri beralasan jika tingkat kemiskinan masih tinggi. Meski angka kemiskinan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2018 sudah berkurang menjadi 25,67 juta orang, jumlah pengangguran pada kenyataannya masih banyak.

"Sampean mau pakai data apa kalau pakai data BPS antara 25 juta sampai 30 juta?" kat dia.

Menurut Eri, tidak efektif jika peme rintah hanya mengucurkan dana tanpa mem benahi faktor utama penyebab kemiskinan. Salah satu yang perlu dibenahi ada lah sektor pendidikan amil karena amil akan mengelola potensi keuangan ziswaf yang akan makin besar. "Kalau cuma ngucurin dana saja bisa gak usah pakai sekolahan. Orang kaya berdiri di pinggir jalan bagi-bagi selesai itu," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement