Kamis 07 Mar 2019 23:55 WIB

Mengeksplorasi Pintu Rezeki

Ada banyak pintu rezeki.

Rezeki/Ilustrasi
Foto: wordpress.com
Rezeki/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ada banyak pintu rezeki. Tiap-tiap anak Adam mendapatkannya dari pintu dan tentunya, cara yang berbeda-beda. Di antara jalan mem peroleh rezeki ialah dengan cara berwiraswasta.

Ragamnya pun bervariasi. Mulai dari berdagang hingga ber cocok tanam, atau bertani misalnya. Berwiraswasta pun dalam agama Islam dipandang amat mulia. Jauh lebih ber harga ketimbang berpangku tangan atau bahkan memintaminta. 

Suatu saat, seperti yang dikisahkan dalam riwayat Abu Dawud, seorang sahabat mendatangi Rasulullah SAW dan meminta uang atau makanan. Beliau lantas menegurnya dan mengatakan, “Apakah di rumahmu, tidak ada apa pun?”. Lelaki itu menjawab, “Ada, hanya sejumlah pakaian yang dipakai secara bergantian dan wadah air.” Rasulullah pun meminta agar barang-barang tersebut dibawa ke hadapannya. 

Permintaan itu pun dikabulkan oleh lelaki tersebut. Rasulullah lantas mengambilnya untuk dijual. “Siapa yang hendak membeli dua barang ini?” ucap Rasulullah me nawarkan barang. Seorang sahabat menawarnya dengan satu dirham. “Siapa yang membeli dua dirham?” kata Rasulullah. Sahabat lainnya berani menawar dua dirham. 

Kemudian, dua dirham itu diberikan ke pada pemiliki barang. Rasulullah mengatakan agar satu dirham dibelikan makanan untuk keluarganya. Sedangkan sisanya dibelikan karung. Perintah itu pun dilaksanakan. Rasulullah sendiri mengikat pemotong tersebut dengan sebuah tongkat dan menyuruhnya pergi mencari kayu untuk dijual. “Jangan mendatangiku hingga 15 hari,” kata Rasulullah. 

Semua arahan Rasulullah dilaksanakan. Lalu, ia mendatangi Rasulullah dengan mengantongi 10 dirham dari jerih payahnya. Dari penghasilan itu, ia membeli baju dan makanan buat keluarganya. Rasulullah bersabda, “Hal ini jauh lebih baik bagimu daripada mendatangkan masalah sebagai tanda di wajahmu kelak di hari kiamat. Sesungguhnya, masalah hanya pantas bagi tiga (golongan): miskin sangat, terlilit utang, dan terserang penyakit menahun.” 

Islam mendorong produktivitas bekerja dan berusaha secara mandiri. Kreativitas men ciptakan lapangan pekerjaan sendiri, juga dilakukan oleh para nabi. Hampir sebagian besar para nabi, konon memiliki ke giat an menggembala domba sebagai mata pencaharian. Karena itulah, berwirausaha dan membuka peluang kerja secara mandiri, ditekankan dalam Islam. Allah SWT berfirman: “Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS al-Qashash [28]: 77). 

Allah juga menyerukan agar hamba-Nya aktif mengekspolarasi pintu rezeki yang pada dasarnya telah tersedia. Hal ini sebagaimana terdapat dalam ayat berikut, “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan, hanya kepada- Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS al-Mulk [67]: 15). 

 

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement