Kamis 28 Feb 2019 22:05 WIB

Kegiatan Mengarang di Sekolah Perlu Diaktifkan Kembali

Kegiatan mengarang amat penting untuk memantik daya imajinasi anak-anak.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Gita Amanda
Persiapan IBF 2019. Pekerja menata buku-buku yang akan di jual dalam acara Islamic Book Fair 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (26/2).
Foto: Republika/Prayogi
Persiapan IBF 2019. Pekerja menata buku-buku yang akan di jual dalam acara Islamic Book Fair 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Panitia Islamic Book Fair 2019, Syahruddin El-Fikri, mengatakan saat ini perlu diaktifkan kembali kegiatan mengarang di berbagai sekolah. Kegiatan mengarang ini amat penting untuk memantik daya imajinasi anak-anak.

"Kami mendorong budaya menulis seperti kegiatan mengarang walaupun isinya yang dikarang itu adalah mengenai liburannya tiap pekan atau bulan ke kampung halaman. Harusnya ada lagi kegiatan seperti itu di zaman sekarang," kata dia kepada Republika.co.id, Kamis (28/2).

Baca Juga

Menurut Syahruddin, generasi muda sekarang kebingungan seolah tidak mengetahui apa yang harus ditulis. Karena itu, kegiatan mengarang baik di sekolah ataupun di ruang masyarakat perlu diaktifkan kembali. Konten yang dikarang anak pun mestinya dibebaskan, termasuk misalnya cerita si anak saat bermain rumah ke kakeknya.

"Mengarang itu kan melatih imajinasi. Bagaimana melatih imajinasi, salah satunya mendengarkan dongeng. Paling tidak, kita mendengarkan orang bercerita," kata dia.

 

Syahruddin menambahkan, gerakan literasi yang telah digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebetulnya sudah positif. Hanya saja, harus betul-betul didorong dan direalisasikan di tingkat yang terkecil, yakni di sekolah secara menyeluruh.

Tak hanya di sekolah, tetapi juga di tingkat keluarga, budaya literasi harus sudah mulai dibentuk. Syahruddin mengatakan, anak-anak di rumah perlu terbiasa mendengar dongeng, membaca dan menulis. Ia mengingatkan para orang tua untuk melatih kecintaan anak terhadap buku dengan lebih dulu memperdengarkan dongeng ke anak.

"Jadi ayo mendongeng, sementara di sekolah itu ada gerakan membaca dan menulis. Nah ini pasti kalau sudah terbiasa anak akan terus melakukan itu," katanya.

Selain itu, Syahruddin menjelaskan, aspek-aspek lain juga perlu dibangun oleh pemerintah. Misalnya menyediakan bacaan-bacaan, memperbanyak taman-taman bacaan seperti perpustakaan.

"Kalau senang membaca tetapi ketersediaan bukunya sedikit itu kan nggak nyambung, jadi harus ada. Kemudian juga perbanyak taman bacaan model perpustakaan. Perpustakaan kita kan juga tidak banyak dan bagaimana agar orang suka ke perpustakaan. Ini harus didorong, harus ada gimiknya juga, memberi motivasi," ujarnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement