REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ansori
Pada dasarnya, iman yang ideal dan dapat dijadikan sarana perbaikan utama harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan Allah SWT serta memiliki ciri-ciri yang digariskan Rasul-Nya. Iman adalah proses kejiwaan yang berhubungan dengan segenap dimensi rohani, yang meliputi akal, keinginan, dan perasaan manusia.
Oleh karena itu, dalam iman perlu adanya getaran jiwa, yang dengan itu seseorang bisa menyingkap hakikat wujud sesuai dengan kenyataan yang ada. Hakikat wujud ini tidak mungkin dapat tersingkap kecuali melalui wahyu Ilahi yang suci.
Dalam hal ini, pemahaman atau penyingkapan akal harus mencapai batas kepastian, keyakinan yang kokoh dan tak tergoyahkan, serta tidak dicemari keraguan dan kekaburan sedikit pun. Allah SWT berfirman, ''Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu.'' (QS Alhujurat [49]: 15).
Pemahaman dan pengetahuan yang kokoh ini harus diiringi kesadaran hati dan keinginan yang terwujud pada sikap tunduk dan taat pada hukum Allah SWT, serta kerelaan atas keputusan-Nya dan penyerahan diri kepada-Nya.
''Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima sepenuhnya.'' (QS Annisa [4]: 65).
Kesadaran semacam ini, menurut intelektual Muslim terkemuka, Yusuf Qaradhawi, merupakan kecenderungan hati yang dapat menjadikan seseorang berbuat sesuai dengan tuntutan akidah, berpegang teguh pada prinsip-prinsip akhlak dan amal saleh, serta berjihad di jalan Allah SWT dengan harta dan jiwanya.
Pada dasarnya, iman yang dituntut untuk dihidupkan bukan hanya sekadar syiar yang digemakan atau dakwah yang dikumandangkan. Iman yang dimaksud adalah aturan kehidupan yang sempurna bagi individu dan umat manusia.
Selain itu, dapat pula menjadi cahaya benderang yang menerangi pikiran, perasaan, dan keinginan seseorang dalam kehidupannya. Iman yang benar dan lurus juga akan menerangi kehidupan masyarakat dengan pancaran cahayanya.
Iman yang demikian dapat pula memberikan pengaruh luar biasa terhadap seluruh dimensi kehidupan serta menjadikan manusia menyandang ciri ketuhanan, baik dalam hal pemikiran, pemahaman, perasaan, akhlak, maupun aturan. Dalam kaitan itu, iman akan mengubah manusia dari sosok yang hina dan lemah, menjadi makhluk Tuhan yang memiliki tekad, misi, tujuan, kemuliaan, dan kekuatan. n