Rabu 27 Feb 2019 14:08 WIB

Syekh Muhammad bin Alawy, Ulama Aswaja yang Kharismatik

Ayah dan kakek Syekh Muhammad merupakan alim ulama di Makkah.

(ilustrasi) Syekh Muhammad bin Alawy al-Maliki
Foto: tangkapan layar google
(ilustrasi) Syekh Muhammad bin Alawy al-Maliki

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keturunan Rasulullah SAW merupakan kalangan yang amat terhormat. Berabad-abad lamanya hingga saat ini, klan al-Hasani (keturunan Hasan bin Ali; cucu Nabi SAW) kerap memunculkan ulama-ulama besar.

Salah satunya adalah Syekh Muhammad bin Alawy al-Maliki. Mubaligh ahlus sunnah wa al-jama’ah itu lahir di Makkah pada 1367 Hijriah (1947/1948 Masehi). Dia wafat dalam usia 58 tahun di kota yang sama pada 15 Ramadhan 1425 Hijriah (29 Oktober 2004). Kepergiannya menyisakan duka di Dunia Islam seluruhnya.

Baca Juga

Ayahandanya, Sayyid Alwi al-Maliki, mengajar di halaqah-halaqah Masjidil Haram. Empat puluh tahun lamanya ulama kharismatik itu berprofesi sebagai pengajar di sana. Demikian pula dengan kakeknya, yakni Sayyid Abbas al-Maliki. Sejumlah tokoh Muslim Indonesia pernah menimba ilmu dari imam besar dan khatib Masjid al-Haram tersebut. Sebut saja, KH Hasyim Asy’ari, KH Idham Khalid, KH Abdullah Faqih Langitan, KH Maimun Zubair, dan Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.

Melihat kemuliaan para datuk Muhammad bin Alawy, maka tidak mengherankan bila dirinya kelak sukses menjadi seorang dai internasional. Muhammad kecil menapaki pendidikan dasar dengan belajar ilmu-ilmu agama kepada ayahnya sendiri, baik di rumah maupun majelis-majelis umum. Di antara sekolahnya adalah Madrasah al-Falah di Makkah.

Sejak berusia tujuh tahun, Muhammad bin Alawy sudah menjadi hafizh Alquran 30 juz. Pada usia belasan tahun, sejumlah kitab kunci sudah dikuasainya, semisal Al-Muwaththa karya Imam Malik.

Lantaran tingkat kecerdasannya yang tinggi, dia sudah diizinkan mengajar kitab-kitab hadits dan fiqih kepada sesama murid di Masjid al-Haram. Atas dukungan ayahnya, Muhammad kemudian menjadi mahasiswa pada Universitas al-Azhar (Mesir). Tiada hari dilaluinya tanpa belajar, beribadah, dan berdoa.

Muhammad bin Alawy lulus dengan gelar doktor ilmu hadits. Disertasinya menuai predikat mumtaz atau summa cum laude. Saat itu, usianya terbilang muda: 25 tahun.

Dialah warga Arab Saudi pertama yang termuda sebagai penerima gelar tersebut dari Al-Azhar. Satu tahun berselang, Muhammad kembali ke negara asalnya. Akhirnya, ulama ini dikukuhkan sebagai guru besar ilmu hadits pada Universitas Umm Al-Qura di Makkah.

Baca juga: Mengenal Rihlah Keilmuan Syekh Muhammad bin Alawy (1)

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement