REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Jami'ul Jama'ah di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), akan dibangun kembali. Sebelumnya, bangunan yang sama roboh akibat diguncang gempa pada 2018 lalu.
Pembangunan kembali rumah ibadah ini diperlukan karena ratusan warga setempat, khususnya dari kaum Muslimin, sejak semula menjadikannya sentra berbagai kegiatan, baik itu untuk ibadah berjamaah maupun pemberdayaan sosial-kemasyarakatan.
Menurut Direktur Rumah Infaq Iad Yahyadin Munthe, Masjid Jami'ul Jamaah adalah salah satu dari sekitar 70 masjid di Lombok Utara yang terdampak gempa bumi pada Agustus 2018 lalu. Di antara mereka, Masjid Jami'ul Jama'ah termasuk yang mengalami kerusakan paling parah.
"Alhamdulillah, dua pekan lalu saya berangkat ke sana, berkumpul dengan jamaah membahas kaitannya dengan administrasi dan juga MoU (nota kesepahaman) dengan pihak Masjid Jami'ul Jama'ah. Telah ada kesepakatan bahwa Rumah Infaq akan membangun masjid Jami'ul Jama'ah," kata Yahyadin Munthe saat dihubungi Republika.co.id,Senin (18/2).
Yahyadin memperkirakan, pembangunan kembali masjid itu memerlukan dana sebesar Rp 3 miliar. Rencananya, rumah ibadah tersebut tidak sekadar dipulihkan, tetapi juga dilengkapi dengan desain yang sudah disepakati bersama masyarakat. Masjid akan dibangun di atas lahan seluas 22x24 meter persegi. Bangunan masjidnya terdiri atas satu lantai dengan luas 15x15 meter.
Untuk ornamen masjid, akan dibuat berdasarkan desain rumah adat khas Lombok. Selain itu, ada juga ruangan tempat wudhu, baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Yahyadin mengungkapkan, tim teknis pembangunan Masjid Jami'ul Jama'ah telah menggelar pertemuan dengan Bupati Lombok Utara Najmul Akhyar dan Gubernur NTB Zulkieflimansyah pada pekan lalu. Pertemuan itu untuk menyampaikan keinginan masyarakat setempat dalam memulihkan kembali keberadaan masjid yang terimbas gempa.
Menurut Yahyadin, pihak pemerintah daerah setempat sudah memberikan dukungan moril atas pembangunan kembali Masjid Jami'ul Jama'ah. Yang lebih diperlukan kini juga, dukungan dari segi pendanaan.
"Sampai saat ini memang belum kita dapatkan (dukungan dana), apalagi langsung bersifat nominal. Tetapi komitmen dari bupati dan gubernur, dukungan secara perkataan itu ya mendukung, tapi secara nominal belum sepeser pun kita terima," ungkap dia.
Masjid Jami'ul Jama'ah, kata Yahyadin, dibutuhkan bagi sekitar 800 keluarga yang tinggal di tiga dusun berbeda di sekitarnya. Tiga ini adalah Dusun Karang Pangsor, Dusun Mekarsari, dan Dusun Karang Petak.
Dua dusun pertama berada di Desa Pemenang Barat Kecamatan Pemenang, dan satu dusun terakhir berada di Desa Pemenang Timur Kecamatan Pemenang.
"Masjid ini (sekarang) roboh tinggal kubahnya saja yang jatuh ke tanah. Pastilah ini (dibangunnya kembali masjid itu --Red) sangat dipentingkan oleh masyarakat di sana," ucap dia.
Selama masjid tersebut masih tidak berbentuk, masyarakat setempat terpaksa menunaikan ibadah shalat berjamaah beralaskan terpal.
Suasana warga saat shalat berjamaah di Masjid Jami'ul Jama'ah usai roboh diguncang gempa bumi Agustus 2018 lalu di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Dok. Rumah Infaq
Alas ini sering diganti karena terkena siraman air hujan dan angin, sehingga merepotkan mereka. "Masjidnya itu terpal sampai sekarang. Cerita warga di sana itu sudah beberapa kali diganti terpalnya. Ketika hujan gitu ada angin, ganti lagi," paparnya.