REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan istilah basyar juga dipakai Alquran untuk Rasulullah Muhammad SAW. Misalnya, dalam surah al-Kahfi ayat ke-110, yang artinya, "Katakanlah: 'Sesungguhnya aku ini manusia biasa (basyarun) seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.'"
Hal itu, menurut Prof Yunahar Ilyas dalam buku Tipologi Manusia Menurut Al-Qur’an (2007, Labda Press), menunjukkan argumentasi tentang Nabi Muhammad SAW. Beliau SAW diperintahkan untuk menyampaikan kepada para penentangnya, dirinya tidak ada bedanya dengan manusia pada umumnya. Hanya saja, ada keistimewaan yang diberikan Allah SWT kepadanya, yakni diturunkannya wahyu kepada beliau SAW. Kelebihan itu tidak lain untuk mengajak umat manusia kepada Kebenaran.
Istilah lainnya untuk merujuk pada manusia adalah al-ins. Yunahar Ilyas memaparkan, istilah itu dipakai untuk menunjuk sifat manusia sebagai makhluk yang jinak atau beradab. Sifat itu kebalikan daripada jin, yakni mahkluk metafisik yang cenderung liar dan bebas karena tidak mengenal batasan dimensi ruang dan waktu (ingat rumus fisika: waktu bersifat relatif terhadap kecepatan gerak).
Yunahar menduga, itulah sebabnya di dalam Alquran kata al-ins kerap disebut bersamaan dengan kata al-jin, seperti pasangan oposisi biner. Misalnya, dalam surah adz-Dzariyat ayat ke-56, yang terjemahannya, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
Istilah berikutnya adalah al-insan. Sekilas, kata itu tidak berbeda dari al-ins. Namun, lanjut Yunahar, dari segi makna ada perbedaan. Al-insan menunjuk kepada manusia sebagai makhluk yang layak menjadi khalifah di bumi, serta mampu memikul akibat-akibat taklif dan memikul amanah.
Penggunaan istilah al-insan berimplikasi bahwa manusia memiliki akal. Dengan begitu, manusia dibekali kemampuan untuk membedakan mana putih dan hitam; mana yang baik dan buruk. Maka dari itu, bila Alquran memakai istilah al-insan, berarti itu menunjuk pada manusia sebagai totalitas raga dan jiwa.
Sebagai contoh, lihat surah al-Alaq ayat 1-2, yang artinya, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia (al-insan) dari segumpal darah." Serta, ayat keenam hingga kedelapan surah yang sama, artinya, "Ketahuilah! Sesungguhnya manusia (al-insan) benar-benar melampaui batas. Karena dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu)."
Baca juga: Bagaimana Alquran Memandang Manusia? (1)