Rabu 13 Feb 2019 21:17 WIB

Bagaimana Islam Memandang Sihir? (7)

Sejarah 'witch hunt' dan apa itu hukum sulap?

(ilustrasi) sulap
Foto: tangkapan layar cambridge.org
(ilustrasi) sulap

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua tulisan sebelumnya telah membahas tentang pendapat para pakar Islam tentang sihir, termasuk rujukannya dalam Alquran. Kali ini, sekilas penjabaran lanjutan tentang sihir dalam konteks kesejarahan.

Pada abad pertengahan, kata Michael D. Bailey dalam bukunya Magic and Superstition in Europe, sejumlah masyarakat Eropa menghakimi sihir dan para pengamalnya. Tukang sihir dinilai sebagai lawan daripada penyebar agama.

Baca Juga

Salah satu praktik perburuan penyihir (witch hunt) terbesar dalam sejarah terjadi di Skotlandia kurun tahun 1661-1662. Brian P Levack (2014) memaparkan, tidak kurang dari 660 orang tewas akibat aksi amuk tersebut.

Sebelum dihabisi, mereka digiring ke lapangan dengan tuduhan telah melakukan pelbagai ritual sihir. Perburuan itu bermula di wilayah perdesaan timur Edinburgh, Midlothian, dan Lothian Timur.

Awalnya, ada 206 orang yang dituding sebagai penyihir. Namun, gelombang massa meluas tidak hanya di ketiga daerah tersebut. Dari sekitar 600 korban jiwa, sebanyak 206 di antaranya tewas setelah dibakar hidup-hidup.

Begitulah cara orang-orang abad pertengahan “membersihkan” masyarakat dari pengaruh sihir. Lebih lanjut, Nachman Ben-Yehuda melalui artikelnya, “The European Witch Craze of the 14th to 17th Centuries: A Sociologist's Perspective” mendapatkan data lain.

Dalam rentang abad ke-14 sampai tahun 1650, sebanyak 200 ribu hingga 500 ribu orang mati akibat aksi massa yang menudingnya sebagai penyihir di Eropa Dataran. Mayoritas atau sebesar 85 persen di antaranya merupakan perempuan.

Namun, seiring dengan mencuatnya teknologi penyiaran, sihir kembali mengalami pergeseran makna. Memasuki awal abad industri, yang memuncak pada abad ke-20, praktik-praktik sihir (magic) menjadi bagian dari bisnis hiburan.

Pesulap Amerika Serikat, Eugene Burger, menguraikan pendapatnya dalam buku Performing Magic on the Western Stage. Dia mengakui, sihir sudah sejak dari zaman purba dipandang sebagai praktik jahat. Akan tetapi, lanjut dia, di luar kepercayaan agama-agama, sihir telah diterima sebagai seni.

“Ini utamanya karena upaya-upaya para pengiklan dan pemasaran,” ujar pria kelahiran 1939 tersebut. Salah satu raksasa industri hiburan yang berjasa mengangkat nilai jual sihir (utamanya dalam istilah magic) ada di Amerika Serikat.

Dengan sihir sebagai seni, Burger meneruskan, penonton akan terpukar, senang, dan sedikit terkejut (suspense), tetapi puas. Para pemirsa kebanyakan tidak merasa perlu memikirkan hal-hal rasional di baliknya, meskipun itu hanya sesaat.

Sekali lagi, tentu saja pendapat Burger tidak lantas diamini. Apa pun dalihnya, Islam melarang sihir. Ustaz Bachtiar Nasir menerangkan hukum sulap dalam Islam (dimuat di Republika, 23 Januari 2013).

Menurut mubaligh tersebut, ulama-ulama semisal al-Razi atau Ibnu Katsir berpandangan, sulap merupakan bagian dari praktik-praktik sihir. Utamanya dengan ilusi atau penipuan visual. Sebagian ahli tafsir mengatakan, praktik-praktik yang dilakukan para tukang sihir di hadapan Firaun merupakan penipuan visual demikian.

 

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement