Selasa 12 Feb 2019 09:12 WIB

Hidup dan Matinya Abu Jahal, Si Penentang Rasulullah SAW (2)

Abu Jahal secara ironis digelari Abul Hakam oleh musyrikin Quraisy

Gurun
Foto:
Infografis Pedang-Pedang Rasulullah.

Adapun kakaknya, Mu’adz bin Afra, juga berhasil menyayat dalam paha Abu Jahal. Namun, tebasan pedang ‘Ikrimah bin Abu Jahal (waktu itu belum masuk Islam) nyaris memutus tangan kiri Mu’adz. Untuk sementara, dia pun keluar dari deru pertempuran.

Pemuda itu lalu menginjak sisa tangan kirinya dan membuangnya, karena merasa tangan itu mengganggu konsentrasinya mengejar Abu Jahal. Akhirnya, Mu’adz syahid di medan pertempuran, mengikuti adiknya yang lebih dahulu gugur.

Bagaimanapun, keduanya amat berjasa. Abu Jahal tidak bisa bertahan lama akibat luka parah pada pahanya; luka yang ditinggalkan kakak-beradik yang telah syahid itu.

Meski di ambang maut, Abu Jahal tetap saja menghina kaum Muslimin. Menjelang akhir Perang Badar, Abdullah bin Mas’ud berhasil melumpuhkan Abu Jahal dan memenggal kepala pemuka Quraisy itu.

 

Profil Abu Jahal

Nama aslinya adalah Amr bin Hisyam bin Mughirah. Asalnya dari suku Makhzum. Awal mula dia disebut sebagai “biang kebodohan” (Abu Jahal) merujuk pada beberapa riwayat.

Sebelum masyhur dengan gelar “Abu Jahal”, sebutannya adalah Abul Hakam yang bermakna “sosok bijaksana.” Di antara riwayat tentangnya yang sering dikutip di sirah nabawiyah sebagai berikut.

Nabi Muhammad SAW memiliki kebiasaan untuk mengadakan majelis pada malam hari di rumahnya atau salah seorang sahabat.Suatu malam, Rasulullah SAW sedang membaca Alquran di rumah beliau SAW. Diam-diam, Amr bin Hisyam datang mendekati rumah tersebut untuk mendengarkan apa-apa yang dibaca Nabi Muhammad SAW. Dia tahan melakukan perbuatan itu sampai menjelang subuh.

Ternyata, hal yang sama juga dilakukan dua sahabat karibnya, yakni Abu Sufyan dan al-Akhnas bin Syuraiq. Mereka tentu saja kaget berjumpa satu sama lain di dekat rumah Nabi SAW, yang adalah musuh bersama. Mereka malu, sehingga memutuskan untuk beranjak pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Namun, kejadian yang sama terjadi tiga malam berturut-turut. Ketiganya merasa masing-masing harus menjelaskan alasannya menguping Rasulullah SAW yang membaca Alquran setiap malam di rumah.

Keesokan paginya, al-Akhnas mendatangi Abu Sufyan di kediamannya.“Wahai Abu Hanzhalah (panggilan untuk Abu Sufyan), katakan kepadaku bagaimana pendapatmu tentang apa-apa yang telah engkau dengan dari Muhammad?” tanya dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement