REPUBLIKA.CO.ID, SOLO— Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menarik minat masyarakat belajar Islam lebih jauh, tak terkecuali dengan membaca Alquran.
Apa yang dilakukan Yayasan Al Iman Center ini bisa menjadi contoh bagaimana mendekatkan masyarakat dengan Alquran. Melalui Program Education on Street, yayasan tersebut memfasilitasi warga Solo belajar Alquran di Car Free Day (CFD) Jalan Slamet Riyadi, Solo.
Program yang telah berjalan sekitar 2,5 tahun itu, dilaksanakan tiap Ahad mulai pukul 06.00-09.00 WIB, bertempat di depan Gramedia Solo. Tikar sepanjang hampir 20 meter digelar di jalanan tersebut.
Beberapa buah meja telah disiapkan lengkap dengan mushaf Alquran di atasnya. Sejumlah ustaz-ustazah siap mendampingi masyarakat yang ingin belajar membaca Alquran.
Ketua Harian Al Iman Center, Lanjar Sarwanto, mengatakan Education on Street merupakan bentuk kepedulian dari yayasan Al Iman Center yang melihat masyarakat Solo sangat antusias dalam belajar membaca Alquran.
"Kami melihat ruang di CFD belum ada yang untuk edukasi membaca Alquran. Kami memberi ruang untuk belajar dan mengajar Alquran," jelasnya kepada Republika.co.id, Ahad (10/2).
Lanjar menambahkan, CFD dipilih sebagai lokasi untuk belajar dan mengajar Alquran karena CFD dianggap sebagai ruang bahagia. Ada beraneka macam hiburan di CFD.
Dia melihat peluang ruang dakwah untuk mengajak masyarakat belajar Alquran. Selanjutnya, dia berdiskusi dengan teman-temannya untuk menciptakan ruang tersebut. Setelah mengurus perizinan ke Pemkot Solo, Education on Street ditempatkan di depan Gramedia.
"Tujuan kami dakwah, sosialisasi dan mengajak masyarakat Muslim kembali kepada Alquran. Boleh jadi mereka tidak tersentuh di masjid, justru tersentuh di jalan. Banyak yang menangis waktu diajari karena tersentuh. Dengan waktu yang singkat insya Allah bisa membaca Alquran," paparnya.
Pembelajaran Alquran yang diajarkan menggunakam metode Tsaqifa. Metode tersebut dinilai efektif dan efisien karena lebih mendekatkan pada metode psikologis.
Caranya dengan membongkar pola pikir masyarakat yang menganggap membaca Alquran itu sulit. Mindset dibongkar dengan pengenalan huruf hijaiyah sesuai dengan bahasa Indonesia. Urutannya sesuai bahasa Indonesia. Alif ba ta tsa tidak membentuk rangkaian kalimat.
“Intinya semua huruf hijaiyah yang 29 disusun dengan kaidah Bahasa Indonesia," terangnya.
Dia menjelaskan, 18 huruf hijaiyah yang mempunyai persamaan konsonan dengan huruf latin disusun membentuk kalimat nama saya mala rosa kata waja toko sofa ada bahaya. Cara menghafal 18 huruf itu dengan menghafal kalimat tersebut.
Melalui metode tersebut, peserta yang sama sekali belum bisa membaca Alquran ditargetkan bisa membaca Alquran dalam lima kali pertemuan masing-masing 1,5 jam.
Meski demikian, ada peserta yang sudah bisa membaca Alquran setelah tiga kali pertemuan. Lapak Education on Street terbuka untuk siapa saja yang ingin belajar Alquran, baik yang sudah bisa maupun yang belum. Selanjutnya, sebagian peserta yang sudah bisa membaca Alquran biasanya ikut bergabung mengajar Alquran.
Selain dari yayasan Al Iman Center, tenaga pengajar juga berasal dari masyarakat umum maupun mahasiswa. Mereka secara sukarela membantu mengajar Alquran.
"Selain di CFD, ada masyarakat yang tertarik kami tarik di masjid yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Jadi kelanjutan mengaji tidak hanya sepekan sekali di CFD, tetapi bisa membuat jadwal pertemuan dengan pengajar," imbuhnya.
Di samping itu, belajar mengajar Alquran juga dilakukan di kantor Al Iman Center setiap Selasa dan Kamis setelah magrib sampai menjelang isya.
Dalam menjalankan program tersebut, Al Iman Center awalnya tidak punya dana. Lanjar dan beberapa ustaz lainnya meminjam properti masjid seperti karpet dan tikar.
"Kemudian Allah menggerakkan masyarakat. Tiba-tiba orang menyumbang karpet, meja, Alquran, makanan, minuman dan sound system. Padahal kami tidak kenal dengan mereka yang menyumbang," ungkapnya.
Ke depan, Lanjar mengajak sebanyak-banyaknya masyarakat yang peduli kepada dakwah khususnya orang Solo dari Pemerintah maupun swasta untuk mencitakan ruang bahagia di CFD.
Sedangkan untuk Education on Street, dia berharap ke depan ada perpustakaan untuk anak-anak dan tempat ngaji yang lebih nyaman. Dia juga berharap semakin banyak yang peduli sehingga semakin memberikan manfaat bagi masyarakat Solo.
"Saya juga berharap kegiatan ini tidak berhenti di Solo tapi memberikan inspirasi untuk daerah-daerah lain. Di Karanganyar sudah jalan di CFD juga. Di Sragen dan Ponorogo informasinya mau diadakan," kata dia.