Rabu 06 Feb 2019 18:48 WIB

Sejarah Masuknya Islam ke Christmas Island

Pada 2001, begitu banyak pencari suaka asal Timur Tengah.

Abdul Ghaffar, salah seorang imam masjid di Christmas Island.
Foto: Themuslimtimes.org
Abdul Ghaffar, salah seorang imam masjid di Christmas Island.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Awal mula masuknya Islam ke pulau ini sangat erat kaitannya dengan aktivitas perdagangan bangsa Melayu dari Asia Tenggara. Dimulai pada abad kelima Masehi, bangsa Melayu sudah aktif bepergian ke seberang lautan untuk berdagang.

Hingga abad ke-15, kegiatan perdagangan terus mereka lakukan meski saat itu telah memasuki era kolonial. Dari aktivitas perdagangan itulah terjadi eksodus bangsa Melayu dari Nusantara, termasuk Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand, dan Filipina. Selain perdagangan, eksodus bangsa Melayu itu juga terjadi akibat aksi pembuangan budak dan pengasingan politik yang marak sekitar abad ke-17.

Isu pencari suaka di Christmas Island mulai mencuat pada 1980-an dengan mendaratnya sejumlah kapal imigran pencari suaka dari kawasan Asia. Sejak itu, semakin banyak kapal pengangkut para pencari suaka yang mendarat di pulau ini.

Pada 2001, begitu banyak pencari suaka asal Timur Tengah. Dalam setahun, tercatat lebih dari 6.500 pengungsi meminta suaka Australia. Sebagian besar dari mereka berasal dari Irak, Afghanistan, dan Sri Lanka.

Selama ini, Australia memang menghadapi masalah pelik terkait pencari suaka. Merasa perlu bertindak tegas, Australia kemudian membangun sebuah pusat penahanan imigran di Christmas Island.

Sebelumnya, Muslimin Christmas Island sangat antusias menyambut para pencari suaka. Mereka bahkan membuat perayaan kecil ketika ada kapal pengangkut pencari suaka mendarat di pulau. Tapi, jumlah pencari suaka yang terus meningkat membuat Muslimin semakin lama semakin gerah.

Mengingat, tak sedikit para pencari suaka yang kemudian mengganggu komunitas Muslim setempat. “Awalnya, kami memandang mereka sebagai pencari bantuan dan kami pun ingin membantu sebagai sesama Muslim. Tapi, kemudian kapal terus datang dan orang-orang mulai berbicara hal yang berbeda,” ujar Abdul Ghafar, imam Masjid Christmas Island kepada The Daily Telegraph.

Satu-satunya masjid di Christmas Island senantiasa padat ketika hari Jumat. Meski terganggu, Muslimin setempat tak melarang para pencari suaka untuk melaksanakan shalat Jumat. Mengingat, saat itulah para pencari suaka diizinkan keluar dari pusat penahanan imigran. Maka, pada hari itu tumpah ruahlah jamaah masjid jauh melebihi biasanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement