Selasa 15 Jan 2019 18:07 WIB

Ketika 12 Ekspatriat Kisahkan Jalan Mereka Menuju Hidayah

Kegiatan ini sebagai upaya motivasi dan dakwah kepada masyarakat.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Ratusan pengungsi tsunami Selat Sunda menggelar zikir dan berdoa bersama di Mesjid As-Salafiyah Caringin, Labuan, Pandeglang, Banten, Rabu (9/1/2019).
Foto:
Ilustrasi

Fatima Joy, sebelumnya Linda Joy, mengatakan dia menghadapi banyak masalah setelah memeluk Islam. Akan tetapi, ia mengaku berusaha tabah dan menghadapi semua cobaan dengan hati yang berani.  

"Tentu saja, itu tidak mungkin terjadi tanpa belas kasihan dan bantuan Allah SWT," kata Fatima Joy.  

Perjalanannya menuju Islam, masalah yang dia hadapi pada awalnya dan cara dia menghadapi semua tantangan pasti akan membimbing mereka yang ingin kembali ke Islam tetapi masih bingung. 

Cara dia mengatasi semua tantangan adalah pembuka mata, bahkan untuk Muslimah yang lahir tetapi yang telah melupakan tanggung jawab mereka.   

Joy baru berusia empat tahun ketika dia datang ke Arab Saudi. Awalnya, dia mengalami saat-saat pahit dengan teman-teman sekolah Muslimnya. 

Rasa sakit dan penderitaan yang dia derita memperkuat tekadnya untuk menemukan kebenaran.  

"Saya lahir dan dibesarkan dalam keluarga Kristen. Karena kurangnya pengetahuan agama, saya menjadi ateis. Pada waktu itu saya bertemu dengan seorang guru di Sekolah Umm Sulaim, yang menjelaskan kepada saya arti sebenarnya dan tujuan hidup dalam Islam. Saya kagum dengan kesederhanaan agama dan ajaran Islam," tutur Joy. 

Joy lantas berupaya mengetahui lebih banyak tentang Islam dan kemudian menerimanya sebagai cara hidup. "Sekarang saya merasa diberkati dan memiliki visi yang jelas tentang hidup saya," tambah Joy.

Joy merupakan tamu utama di acara yang diadakan Akademi Seohervi tersebut. Pada kesempatan itu, ia juga mengungkapkan rasa terima kasihnya yang sangat besar kepada guru yang membimbingnya ke jalan yang benar dan kemudian menjadi ibu mertuanya. Dia juga berterima kasih kepada suaminya dan semua yang mendukungnya dalam situasi yang paling sulit. 

Joy juga berbicara tentang kesalahpahaman tentang Islam. Menurutnya, media saat ini menggambarkan sebuah gambaran yang menyimpang tentang Islam. 

Sementara itu, Umm Hudhaifah yang memimpin acara tersebut juga mengungkapkan kisah keIslamannya. Sebelum menjadi mualaf, dia memiliki nama Scarlett Jane Condon. Hudhaifah dilahirkan dalam keluarga Kristen dan dibesarkan sebagai seorang ateis.  

"Saya memiliki banyak keraguan karena sains tidak dapat menjelaskan banyak hal. Saya membaca tentang Hindu dan Budha tetapi tidak puas. Tetapi ketika saya membaca literatur Islam, semua yang saya temukan adalah logis," kata Hudhaifah. 

Ia mengunjungi banyak negara Muslim dan mengamati orang-orang yang menjalani kehidupan dengan mengikuti ajaran Islam. Pengalamannya di Yaman sangat mengagumkan. 

Di negara itu, dia berikrar Syahadat dan memeluk Islam. Selanjutnya, Hudhaifah mempelajari tentang ajaran Islam dan menghafal Alquran di Yaman sebelum akhirnya pindah ke Arab Saudi tiga tahun lalu.  

"Saya melihat kembali ke orang tua saya dan kerabat saya sekarang. Mereka memiliki segalanya dalam hidup dan hidup mewah tetapi mereka tidak bahagia, tidak puas dengan kehidupan mereka. Mereka selalu terganggu. Kebahagiaan sejati hanya terletak pada Islam. Islam adalah satu-satunya keyakinan yang menjamin kepuasan dan kebahagiaan sejati," tambahnya.  

Acara bincang mualaf ini disponsori Grup Al-Sharif, Restoran La Sani (Chaudhary Shahbaz), Parfum Surrati dan Parfum Al-Misbah. Para mualaf tersebut lantas diberi hadiah dan souvenir dari penyelenggara acara. Kiki Sakinah 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement