REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peninggalan mimbar Kordoba masih bisa disaksikan dalam bentuk mimbar lain yang berada di Maroko, yaitu mimbar Masjid Kutubiyyah. Dalam salah satu inskripsi di sisi kiri mimbar Kutubiyyah, tertulis bahwa mimbar itu dipesan di Kordoba pada hari pertama Muharam 532 H (19 September 1137 M) untuk masjid di Marrakesh.
Raja Dinasti Almoravid yang meme san mimbar itu diyakini adalah Sultan Ali Ibn Yusuf, putra dan pengganti dari Sultan Berber Amir Yusuf Ibn Tashufin. Di bawah kepemimpinan Sultan Berber, Almoravid, mencapai masa jayanya dengan wilayah kekuasaan meliputi Maroko saat ini dan Spanyol Selatan.
Mimbar Kutubiyyah menjadi saksi seni kerajinan kayu Kordoba, menjulang setinggi empat meter dengan panjang 3,5 meter dan lebar tangganya sampai satu meter.
Mimbar Kutubiyyah yang dipa sang pada 1147 ini juga mengalami ser buan dari Almohad, musuh Dinasti Almoravid. Almohad menghancurkan masjid yang dibangun Almoravid karena dianggap tidak tepat menghadap Ka’bah.
Dia menggantinya dengan masjid baru yang didirikan di atas reruntuhan Istana Almoravid. Hanya mimbar Kutubiyyah dan paviliun tempat wudhu saja yang disisakan dari masjid lama.
Namun, masjib buatan Almohad ternyata juga tidak tepat menghadap Ka’bah sehingga pada 1162 mimbar itu dipindah ke masjid baru yang kemudian melekat pada namanya, Masjid Kutubiyyah (penjual buku) karena lokasinya dulu dikelilingi puluhan toko buku.
Pada 1996, sebuah tim dari Amerika Serikat dan Maroko melakukan peneli ti an untuk pemeliharaan mimbar Kutubiyyah. Konservator dari AS butuh waktu tujuh bulan untuk merestorasi mimbar itu. Mereka menemukan bahwa setiap lapisan mimbar itu ditutupi oleh jaringan dekorasi yang terdiri panel berukir dan marquetry.
Banyak panel berukir hanya berukuran beberapa sentimeter, namun ada marquetry yang potong an kayunya seukuran butiran beras. Inspektur Monumen Se jarah Marrakesh Mustafa Habibi memperkirakan, mimbar Kutubiyyah disusun dari 1,3 juta potongan kayu. Jika mimbar Kordoba butuh waktu pembuatan tujuh tahun, maka waktu yang sama juga diperlukan untuk membangun mimbar Kutubiyyah.
Setelah dilakukan pembersihan, para ahli juga menemukan bahwa mimbar itu juga dibuat dari banyak kayu, seperti kayu hitam Afrika (Dalbergia spp) yang sangat keras, boxwood, dan kayu bidara. Dari bentuk ukiran dan pahatan sempurna mimbar Kutubiyyah, para konservator meyakini bahwa selain menggunakan peralatan ukir standar, seperti pahat, gergaji, bor, dan bubut, para peng rajin Kordoba juga memakai gergaji ukir, gergaji dengan mata gergaji tipis dan fleksibel yang ditahan oleh busur berbentuk U.
Padahal, ahli sejarah semula meya kini, gergaji ukir baru ditemukan pada abad 16 M di Italia. Mereka juga tak bisa menjelaskan bagaimana pengrajin Kordoba bisa membuat bentuk rumit, seperti kotak ukuran satu sentimeter persegi yang di dalamnya masih dijejali kotak-kotak kayu yang lebih kecil sebagai latar belakang.