REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abdul Majid (20), salah satu mahasiswa penerima Beasiswa Tahfizh Qur’an (BTQ) for Leaders dari PPPA Daarul Qur'an. Aktivitas kuliah yang padat di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta, tak menyurutkan langkahnya untuk menjadi wirausahawan muda.
Anak muda sholeh nan sukses, begitulah sekiranya julukan Majid yang merupakan anak Office Boy (OB) itu. Empat bulan menjalani usaha, penghasilannya kini mencapai Rp10-11 juta/bulan. Sementara, menghafal dan memurajaah hafalan Qur’an menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam diri Majid.
Aktiitasnya dimulai setelah melaksanakan Qiyamul Lail dan salat Subuh. Hingga menejelang petang, Majid bergelut dengan sederet materi dan tugas-tugas kampus. Selain kuliah, Majid juga punya banyak aktivitas lain yakni mengajar anak-anak Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di sekitaran Ciputat.
Di tengah padatnya aktivitas, Majid masih tetap bisa menjalankan usahanya. Ia membuka sebuah lapak Thai Tea di depan Universitas Pamulang. "Ini awalnya hanya mimpi dan ucapan namun akhirnya menjadi doa. Alhamdulillah sekarang berjalanlah usaha saya ini," ujar Majid.
Majid mengatakan, usahanya bisa berjalan setelah memperoleh dana dari salah satu lembaga pemerintah yang kala itu tengah membantu para wirausahawan muda berkreasi untuk mengembangkan usahanya. Majid pun kini punya satu karyawan untuk menjaga lapak Thai Teanya.
"Motivasi saya adalah jaminan Rasulullah, beliau berdagang dan di sana akan terjamin. Karena sembilan dari 10 jalan rezeki adalah dari berdagang," jelas Majid saat ditanya motivasi yang membuatnya ingin menjadi seorang wirausaha.
Majid mengungkapkan, pastinya usaha ini tidak tiba-tiba lancar, tentunya banyak tantangan. Ia pernah mengalami masa-masa sulit di mana hanya berhasil menjual sembilan cup dalam sehari. Padahal telah berjualan sejak pagi hingga malam.
Namun, dirinya tak patah semangat, dengan moto “Rasa Nikmat, Harga Bersahabat” Majid pun berani mengambil risiko dengan hanya mendapatkan keuntungan kecil dari penjualannya tersebut. Terbukti, dengan langkah itu pembeli mulai terus berdatangan dan menjadi pelanggan tetap.
Majid bersyukur penghasilan yang didapatnya bisa bermanfaat. Ia menggunakannya membantu kebutuhan keluarganya sehari-hari, termasuk biaya pengobatan kakaknya yang tengah sakit. Sebab Masjid sendiri adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara.
“Semua itu saya lakukan untuk meringankan beban orang tua. Mohon doa agar usaha saya ini bisa semakin sukses dan buka cabang baru, Aamiin,” ucap Majid bersemangat.
Seluruh kader BTQ for Leaders diyakini mampu menjadi pemimpin masa depan berjiwa Qur’ani nan berakhlakulkarimah. Sebab program ini bukan beasiswa biasa, para kader ditatar agar memiliki jiwa kepemimpinan dan kepedulian sosial yang diharapkan mampu membawa perubahan lebih baik.