REPUBLIKA.CO.ID, Peringatan tahun baru dapat menjadi kesempatan untuk introspeksi bersama. Hal itu memiliki arti penting, baik bagi individu maupun masyarakat pada umumnya.
Menurut Ustaz Abdul Somad (UAS), pergantian tahun hendaknya menjadi renungan tentang berkurangnya usia. Berbeda dengan harta benda, nikmat usia tidak bisa didapatkan kembali begitu dihabiskan.
Segala kenikmatan yang dialami manusia kelak dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Karena itu, waktu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Khususnya bagi kaum Muslimin, ibadah kepada Allah tidak boleh dilalaikan.
Dalam pandangan mubaligh asal Riau tersebut, muhasabah akhir tahun pada hakikatnya merenungi perjalanan di dunia fana sampai saat ini. Bila kebaikan yang ditanam, maka insya Allah kelak kebaikan pula yang dituai.
"Dan pertanggungjawaban waktu yang dititipkan Allah. Semua akan diminta tanggung jawab. Pada saat laporan akhir tahun, hanya orang yang berhasil saja yang layak tertawa, itu pun tidak terbahak-bahak, karena adab," tutur UAS kepada Republika.co.id, Selasa (1/1).
Dalam konteks kebangsaan, UAS menyebutkan, berbagai peristiwa besar yang terjadi di Tanah Air satu tahun belakangan. Bencana-bencana alam sempat melanda negeri tercinta. Misalnya, gempa bumi, gunung meletus, dan bahkan tsunami.
Lulusan Universitas al-Azhar (Mesir) itu berpendapat, segala musibah tersebut sejatinya bukanlah bencana alam. Ada hubungan yang barangkali tidak eksplisit antara kejadian-kejadian memilukan itu dan perangai manusia.
"Alam tidak berjalan sendiri. Alam dikendalikan dalang. Alam tidak murka. Tapi, Allah senang menegur hamba yang Dia sayangi, agar jangan terlampau jauh tenggelam dalam dosa," ujar UAS, yang pada 2017 lalu menerima penghargaan Tokoh Perubahan Republika.
"Untuk itu, introspeksilah. Muhasabahlah. Peramal-peramal, dukun-dukun, bertaubatlah, jangan cari makan dari tipuan. Hidup tak lama. Apa yang kalian cari?" lanjutnya.