Semua pelajaran dan perbandingan itu telah menanamkan kepuasan dalam hatinya, Islam sebagai satu keajaiban rohani dan sosial masih tetap tegak, walaupun ada kemunduran-kemunduran yang ditimbulkan oleh kekurangan-kekurangan kaum Muslimin sendiri. Sebegitu jauh Islam masih tetap merupakan kekuatan terbesar yang pernah dikenal umat manusia. Sejak itu, perhatiannya ditumpahkan untuk mengembalikan agama ini kepada kejayaannya semula.
Ia mengembara dan menyaksikan dengan kepala sendiri beberapa pergerakan pembebasan yang muncul pada awal abad ke-20, untuk membebaskan daerah Islam dari kaum kolonial. Ia berkunjung ke India, tempat ia berjumpa dan bekerja sama dengan Muhammad Iqbal, filsuf dan penyair yang menginspirasi lahirnya negara Pakistan. Setelah berdirinya negara Pakistan, Mohammad Asad ditunjuk menjadi director of the Department of Islamic Reconstruction di Punjab Barat, kemudian diangkat sebagai wakil Pakistan di PBB.
Mendekati akhir hayatnya, ia kemudian pindah ke Spanyol dan hidup di sana bersama istri keduanya, Paola Hameeda Asad, hingga wafatnya pada tahun 1992. Ia dimakamkan di pemakaman Islam di kota Granada, Spanyol. Ia meninggalkan seorang putra bernama Talal Asad.
Dua buku Mohammad Asad yang penting ialah Islam at the Crossroads (Islam di Simpang Jalan) yang mengulas mengenai sudut pandangnya mengenai dunia Islam dan Road to Mecca (Jalan ke Mekah) yang berisi tentang kisah perjalanannya, mengunjungi negara-negara di kawasan Timur Tengah. Ia juga menulis The Message of the Qur'an, sebuah karya terjemahan Alquran yang dilengkapi dengan tafsir singkat berdasarkan pengetahuannya, dalam bahasa Arab klasik dan tafsir-tafsir klasik.
Tafsir tersebut diakui sebagai salah satu terjemahan terbaik Alquran dalam bahasa Inggris, walaupun dikritik oleh beberapa aliran tradisional, seperti Muktazilah. Ia juga menulis terjemahan dan komentar terhadap kitab Sahih Bukhari, salah satu kitab koleksi hadis terkemuka.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
