REPUBLIKA.CO.ID, OLEH: Muhammad Shofwan
Rasulullah SAW bersabda, ''Sungguh, hanya dengan niatlah, amal itu sah dan bagi setiap orang adalah apa yang diniatkannya. Barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, ia berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya untuk dunia yang ia kejar atau demi wanita yang ingin dinikahinya, ia berhijrah kepada apa yang ditujunya.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Niat mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam beribadah. Segala tindak-tanduk yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari harus didasari dengan niat yang tulus dan penuh keikhlasan karena Allah SWT semata.
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya, Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuh dan rupa kalian, tetapi Allah melihat hati kalian.'' (HR Muslim).
Hadis di atas menerangkan bahwa Allah SWT tidak melihat apa yang tampak dari kita, tetapi Allah SWT melihat hati kita. Maksudnya, Allah SWT melihat niat yang bersemayam di dalam hati setiap manusia. Hanya keikhlasan dan kemurnian niatlah yang Allah SWT terima di sisi-Nya.
Sesungguhnya, niat merupakan roh dalam amal. Seperti halnya jasad yang tak bernilai tanpa roh. Ia hanya tampak seperti bangkai yang tiada harga sedikit pun. Begitu juga amal, ia tidak akan bernilai tanpa niat. Segala amal yang dikerjakan tanpa niat tidak akan menghasilkan manfaat sedikit pun, hanya kesia-siaan semata.
Rasulullah SAW bersabda, ''Tidak ada shalat bagi orang yang tidak berwudhu dan tidak ada amal bagi orang yang tidak berniat.''
Niat merupakan pengendali hati. Sebagaimana seekor kuda tidak akan terarah langkahnya tanpa tali kendali. Hati pun tidak akan lurus dalam mencapai suatu tujuan tanpa niat yang lurus.
Itulah juga merupakan pengarah hati. Sebagaimana nakhoda yang berlayar di lautan luas, ia tidak akan mencapai pulau yang hendak dituju tanpa pengarah arah. Selain itu, niat juga awal suatu perjalanan. Nilai akhir suatu perjalanan sangat ditentukan oleh niat di awal perjalanan.
Meski begitu, terkadang ada perubahan niat di akhir perjalanan, dari niat yang baik berubah menjadi niat yang buruk di akhir perjalanan. Maka dari itu, kita diharuskan terus meng-update niat di awal, tengah, dan akhir perjalanan.
Dan, esensi niat yang sesungguhnya adalah meniatkan segala sesuatu karena Allah SWT semata. Abu Sa'id al-Khudry RA berkata, ''Makanlah karena Allah, berpakaianlah karena Allah, menikahlah karena Allah, dan tidurlah karena Allah. Maka, tidak akan ada sesuatu yang memudaratkanmu.'' Wallahu a'lam. n