Sabtu 22 Dec 2018 05:35 WIB

Rasulullah pun Menyambut Hujan

Hujan merupakan bagian dari rahmat Allah yang turun ke bumi.

Hujan deras/ilustrasi
Foto: Flickr
Hujan deras/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buliran air yang melimpah turun ke bumi. Dia di tunggu-tunggu. Panasnya kema rau yang datang berbulan-bulan membuat rindu kian tebal. Teduhnya hujan mem buat tidur makin nyenyak tanpa berkeringat.

Hujan itu menjawab doa dalam shalat-shalat kita. Dia da tang bak anak yang pulang sete lah begitu lama pergi dari rumahnya. Namun, setelah datang be berapa pekan, hujan itu terka dang menyebabkan air sungai meluap. Banyak daerah di nusantara yang harus menderita banjir pada musim hujan ini. Belum lagi angin yang menyertai. Sampaisampai atap rumah hingga mobil beterbangan.

Hujan yang dirindukan kini diumpat. Doa-doa yang terucap berubah menjadi makian. Patut kah kita berlaku begitu kepada sang hujan? Hujan merupakan bagian dari rahmat Allah yang turun ke bumi. Allah SWT berfirman dalam be berapa ayatnya di Alquran.

"Yang menjadikan untuk kamu, bumi sebagai tempat yang man tap dan Dia menjadikan untuk ka mu jalan-jalan di sana supaya kamu mendapat petunjuk. Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar. Lalu Kami hidupkan dengannya yang mati. Seperti itulah kamu akan dikeluarkan." (QS az-Zukhruf: 10-11).

Prof Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan, ayat di atas merupakan peralihan dari gaya persona ketiga pada firman-Nya ja'ala lakum, "Dia menjadikan untuk kamu ke per sona pertama pada firman-Nya, Kami hidupkan dengannya."

Pengalihan gaya itu agaknya untuk mengisyaratkan bahwa penumbuhan tumbuhan dan meng hidupkan yang mati sung guh jauh lebih hebat daripada menurunkan hujan. Hal itu hendaknya menjadi perhatian dan renungan setiap orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement