Sabtu 15 Dec 2018 07:00 WIB

Pusat Keilmuan Islam di Negeri Maroko

Tradisi keilmuan di Maroko hingga kini masih diakui di dunia Islam.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Bangunan bersejarah di Meknes, Maroko.
Foto: muchmarocco.com
Bangunan bersejarah di Meknes, Maroko.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Maroko merupakan sebuah wilayah yang berada di seberang selat Eropa. Bagi pasukan Tariq bin Zayid, wilayah ini sangat strategis, apalagi dengan tujuan memperluas Islam ke wilayah Eropa. Negara ini sering juluki sebagai Negeri Maghribi, sebab letaknya yang berada di ujung barat laut Benua Afrika.

Islam pertama kali dibawa ke Maroko pada 680 M saat invasi Arab di bawah pimpinan Uqba ibn Nafi, seorang jenderal Dinasti Umayyah di Damaskus. Ekspansi Islam ke Maroko dimulai ketika negeri itu ditaklukkan oleh Musa bin Nusair pada masa al-Walid I bin Abdul Malik (705-715 M), khalifah keenam Dinasti Umayyah. Selain dikenal sebagai Negeri Maghribi, Maroko juga dikenal sebagai Madinatul Irfan atau Kota Ilmu.

Di negeri ini, tradisi keilmuan Islam berkembang dengan pesat baik zaman dulu hingga kini. Di antaranya lahir ulama-ulama terkenal seperti Syaikh Muham mad al-Shonhaji, seorang penulis kitab Matn al-Ajurumiyah yang mengulas ilmu tata bahasa Arab dan banyak digunakan oleh pesantren di negeri Islam.

Selain itu, lahir pula Ibnu Batutah, se orang penjelajah ulung dalam sejarah Islam. Ia berhasil menjelajahi berbagai negara di belahan dunia ini. Dalam bi dang tafsir, muncul ulama ahli tafsir yang masyhur dalam mazhab Maliki, Imam al-Qadhi Abu Bakar bin al-'Arabi yang kondang disapa Ibnul 'Arabi.

Ulama satu ini merupakan ahli tafsir papan atas dengan karyanya yang berjudul Ahkam al-Qur'an yang menjadi rujukan penting dalam kajian Ulum al-Qur'an dan Fiqh. Selain sebagai ahli tafsir, Imam Ibnul 'Arabi juga merupakan ahli Hadits, fiqh (hukum), tarikh (sejarah), nahwu (tata bahasa Arab), dan sebagainya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement