REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan temuan LPMQ, banyak mushaf Alquran di nusantara yang terbuat dari daluang (kulit kayu pohon daluang) dan kertas Eropa. Mushaf Alquran tertua temuan LPMQ juga terbuat dari kulit kayu daluang.
Mushaf Alquran paling tua yang pernah ditemukan LPMQ ada di Bali. Mushaf Alquran tersebut berasal dari tahun 1625 M, terbuat dari daluang yang sangat halus laksana kertas.
Hingga saat ini, LPMQ telah menemukan lima mushaf Alquran dari abad ke-17, sebanyak 25 mushaf Alquran dari abad ke-18, dan seribu lebih mushaf Alquran dari abad ke-19. "Kebanyakan mushaf Alquran di nusantara terbuat dari kertas Eropa dan daluang, daluang biasanya digunakan di Jawa dan Madura dan digunakan di lingkungan pesantren saja," kata Ali.
Meski ada mushaf yang terbuat dari daluang, belum tentu mushaf tersebut lebih tua dari mushaf yang terbuat dari kertas Eropa. Lahir dan berkembangnya mushaf Alquran yang terbuat dari kertas Eropa dan daluang di nusantara bisa dikatakan bersamaan. Namun, pada abad ke-19 lebih banyak mushaf yang terbuat dari kertas Eropa.
Baca: Berburu Mushaf Kuno di Nusantara
Mengenai digunakannya daluang untuk membuat mushaf Alquran, Ali menjelaskan, ada kemungkinan pada zaman dulu para pembuat mushaf Alquran di Jawa cukup sulit mendapatkan kertas Eropa. Bisa juga harga kertas Eropa lebih mahal dari pada daluang, sehingga pembuat mushaf lebih memilih menggunakan daluang yang mudah dibuat dan murah.
"Daluang juga awet dan kuat. Bahkan bisa dikatakan daluang lebih kuat dari kertas Ero pa (pada waktu itu). Daluang juga sering dija dikan cover mushaf, meski naskahnya (mu shaf nya) pakai kertas Eropa," ujarnya.
Namun, mushaf-mushaf Alquran dari Bugis banyak yang menggunakan kertas Eropa. Mengapa bisa begitu? Rupanya, hal itu lantaran Bugis dekat dengan Belanda dalam bidang perdagangan. Alhasil, masyarakat Bugis tak memiliki kendala dalam hal perdagangan dengan Belanda yang merupakan bangsa Eropa.