Rabu 28 Nov 2018 05:01 WIB

Lembah Uranah, Perpisahan Rasul, dan Catatan Burton

Wukuf Arafah menjadi saksi bisu sempurnanya risalah Islam.

Peziarah mengambil gambar bentangan wilayah Namirah dan Lembah Uranah dari puncak Jabal Rahmah di Arafah, Makkah
Foto:
Peziarah mendaki Jabal Rahmah di Arafah, Makkah. Lokasi tersebut berada tepat di tengah wilayah wukuf Arafah.

Dikisahkan dalam Bulugh al-Maram karya ulama abad ke-14 Ibnu Hajar al-Asqalani, selepas menuntaskan khutbahnya, Rasulullah meminta Bilal bin Rabbah mengumandangkan azan dan kemudian memimpin rombongan melaksanakan shalat Zhuhur dan Ashar dengan dijamak. 

Beliau kemudian menunggangi untanya menuju Jabal Rahmah, dan berhenti di kaki bukit kemudian menghadapkan al-Qaswah ke Sakharat.  Ulama abad ke-13 Imam Nawawi menjelaskan, “Sakharat” yang dimasudkan para perawi hadis di atas adalah bentuk jamak dari kata “sakhrah” yang artinya batu besar. 

“Lokasi itu adalah kumpulan batu di kaki Jabal Rahmah yang terletak di tengah wilayah Arafah,” kata Imam Nawawi. Di lokasi itu, Rasulullah berdiri menghadap kiblat ke arah barat hingga jingga hilang dari senja.

Yang dikunjungi Sir Richard Burton pada abad ke-19 kiranya adalah mushala yang dibangun di lokasi tersebut. Saat ini, bangunan yang dikisahkan Burton sudah tak ada lagi. 

photo
Perkiraan lokasi Jami' al-Sakhrah di kaki Jabal Rahmah. Di lokasi itu Rasulullah dikabarkan berdiam katika melaksanakan wukuf pada haji perpisahan.

Saat Republika.co.id mengunjungi perkiraan lokasi yang ditunjukkan Burton di akhir musim haji lalu, tak ada lagi tembok batu putih yang mengelilingi kaki bukit bagian selatan di antara dua tanggga utama ke puncak tersebut. Tak ada juga keterangan apapun di lokasi yang bisa ditarik garis lurus hingga ke Masjid Namirah tersebut. 

Di lokasi itu, tepat di sisi luar tembok yang memagari Jabal Rahmah teronggok beberapa batu-batuan besar. Kelompok batu-batu itu berada di ujung timur laut sebuah petak yang dikelilingi batas setingkat lantai dari semen selebar batu bata. Dalam petak itu, tanah dibiarkan tak berkonblok, berbeda dengan hampir seluruh dataran yang mengelilingi Jabal Rahmah. 

Bagian tembok Jabal Rahmah tepat di belakang kelompok batu-batuan tersebut, tampak seperti dihancurkan dengan paksa, membentuk ceruk setinggi pinggang orang dewasa. 

Ceruk itu berada di bawah anak tangga yang tak bisa didaki di tembok Jabal Rahmah. Dalam ceruk tersebut, ada yang menuliskan secara kasar menggunakan cat semprot berwarna merah sebuah tulisan Arab: “Muhammad”.

Sebagian riwayat, seperti yang dituliskan Ibn Ishak, menyatakan, lokasi Rasulullah berdiam di kaki bukit Jabal Rahmah pada hari Jumat tersebutlah tempat ayat terakhir Alquran turun. “… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” (QS al-Maidah [5]: 3

Jika Ibn Ishak benar, maka demikianlah Alquran dimulai dan diakhiri pewahyuannya. Ia dimulai dengan ayat-ayat yang disampaikan di sebuah gua puncak Jabal Nur alias “Gunung Cahaya” dan  diakhiri dengan ayat yang turun di lembah Jabal Rahmah yang artinya “Gunung Kasih Sayang”.

Hanya sekitar 80 hari setelah haji perpisahan tersebut, Rasulullah didera sakit dan akhirnya berpulang ke Rahmatullah. Bagaimanapun, pesan-pesan yang ia sampaikan di Lembah Uranah terus lestari, bahkan jadi kian relevan pada situasi dunia terkini yang digerogoti riba, eksploitasi dan kekerasan terhadap perempuan, ketaksetaraan, perpecahan umat Islam, hilangnya penghargaan terhadap nyawa, dan martabat manusia, dan ketidakadilan.  

*Redaktur Republika.co.id

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement