Ahad 25 Nov 2018 10:41 WIB

Jaihan Sungai yang Mengalir dari Surga

Sungai Jaihan dikenal pula dengan nama Amu Darya.

Arus sungai. (Ilustrasi)
Foto:

Orang-orang mulai menetap di dataran Amu Darya dan Uzboy sejak abad kelima Masehi. Mereka membangun rantai pertanian, desa, dan kota besar. Oleh Dam Gurganj, sungai ini dibuat bercabang menuju Laut Aral. Dam ini dihancurkan oleh pasukan Jenghis Khan pada 1221 dan aliran sungai ini kembali berpindah di antara sungai utama dan Uzboy. Pada abad ke-18 M, aliran sungai kembali berputar ke utara, mengalir ke Laut Aral. Air terus mengalir ke Uzboy hingga pada 1720 air sungai di sana benar-benar kering.

Seorang penjelajah Inggris mencapai wilayah ini pada periode Permainan Besar. Ia dikirim untuk mencari sumber air sungai tersebut pada 1839. Ia menemukan Danau Zorkul yang kemudian dinamai Sungai Victoria.

Pada 1960 dan 1970, Amu Darya digunakan Uni Soviet untuk mengairi ladang kapas di Asia Tengah. Sebelumnya, air dari sungai ini telah digunakan untuk pertanian namun tidak dalam skala besar. Sebuah proyek Kanal Utama Turkmenistan telah direncanakan untuk mengalirkan air ke sepanjang Sungai Uzboy menuju pusat Turkmenistan, namun proyek tersebut tidak pernah terjadi.

Kota Amu, sebuah kota yang menjadi asal nama sungai Amu Darya, kini merupakan sebuah kota industri modern. Meskipun telah menjelma menjadi kota industri, Turkmenabat, nama kota ini sekarang, kota yang terletak di Provinsi Lebap itu telah mencatat sejarahnya sejak 2.000 tahun yang lalu.

Kota itu telah menjadi pusat persilangan tiga jalan Jalur Sutra yang kemudian berpisah di tiga tujuan, yaitu Bukhara, Khiva, dan Merv. Turkmenabat atau Amul merupakan kota penting Kerajaan Bu khara selama berabad-abad. Dengan adanya incasi Kerajaan Rusia ke seluruh Asia Tengah, Amul menjadi bagian dari ke kuasaan Rusia di bawah komando Emir Bukhara yang tunduk pada penguasa Rusia.

Kota modern Amu didirikan pada 1886, ketika beberapa orang Cossack dari Rusia menetap di daerah yang bernama Uralka, salah satu wilayah di turkmenabat dan menamakan daerah tersebut dengan Chardjuy Baru. Setelah itu diselesaikanlah jalur kereta Trans Kaspia.

Setelah revolusi 1917, orang-orang komunis mulai meruntuhkan kerajaan di Amu dan menjadikannya republik. Perannya sebagai persimpangan jalur kereta dan tanahnya yang subur membuat kota ini menjadi pusat perdagangan produk-produk pertanian di bagian timur laut negara tersebut.

Kota tersebut memiliki pabrik-pabrik tekstil dan produksi makanan. Chardzhou merupakan pusat industri dan transportasi Turkmenistan selama periode Soviet. Namun, setelah itu seluruh kegiatan ini dipindahkan ke Ashgabat sejak kemerdekaan Turkmenistan.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement