Jumat 23 Nov 2018 01:33 WIB
Maulid Nabi Muhammad

'Meskipun Katolik, Saya Sangat Menghormati Nabi Muhammad'

Seorang seniman alat musik Ku Cheng yang beragama Katolik ikut dalam Maulid Nabi

Puluhan seniman dan budayawan se Jabar, peringati Maulid Nabi Muhammad SAW, di Gedung Yudhistira Pemkab Purwakarta, Senin malam (19/11).
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Puluhan seniman dan budayawan se Jabar, peringati Maulid Nabi Muhammad SAW, di Gedung Yudhistira Pemkab Purwakarta, Senin malam (19/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ita Nina Winarsih, Novita Intan, Muhyiddin

Perayaan Maulid Nabi tak hanya dirasakan umat Islam saja. Kehadiran Siska Amelia (28 tahun) di acara peringatan Maulid Nabi Muhammad shalallahu alahi wassalam yang digelar di Gedung Yudhistira, kantor Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Senin (19/11) malam, menjadi contoh toleransi nyata umat beragama di Indonesia.

Siska adalah pemain alat musik Ku Cheng. Ia yang beragama Katolik tak canggung ikut mengiringi beberapa lagu religi bertema shalawat, asmaul husna dan pujian kepada Nabi Muhammad dalam peringatan Maulid Nabi.

"Saya sangat senang, bisa hadir dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad ini. Meskipun saya katolik, saya sangat menghormati nabi umat Islam tersebut," ujar perempuan asal Bandung ini.

Siska adalah satu dari puluhan seniman dan budayawan se-Jawa Barat yang ambil bagian dari peringatan Maulid Nabi. Selain pertunjukan musik, acara itu juga diisi dengan kegiatan lain, seperti pembacaan ayat suci Alquran, pembacaan syair, serta tarian dengan spirit kerinduan kepada Rasulullah.

Budayawan Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengaku terpana dengan kehadiran Siska. Meski seorang Katolik taat, kata Dedi, Siska juga sangat mengagumi akan sosok Nabi Muhammad SAW. Apalagi, akhlak Rasulullah sangat adiluhung dan mulia. Sehingga, menjadi spirit serta panutan bagi generasi masa kini.

Dengan kehadiran Siska, Dedi yakin jika Rasulullah tak hanya milik masyarakat Muslim saja. Melainkan, milik seluruh umat yang ada di muka bumi ini. Mengingat, Nabi Muhammad tak hanya dikagumi kalangan Muslim. Warga non-Muslim juga sangat kagum dan hormat terhadap sosok Nabi Muhammad.

"Saya terus terang terkesima. Ada teman saya jauh-jauh dari Bandung, yakni Teh Siska, untuk turut hadir mengisi acara kita malam ini. Saya kira, ini menjadi bukti bahwa maulid bukan hanya milik kalangan Muslim," ujarnya.

Peringatan Maulid Nabi menurut Dedi adalah cara mencurahkan kerinduan kepada Rasulullah. "Melalui seni dan musik ini, kami ingin membumikan nilai-nilai keislaman," ujar Dedi, kepada Republika.

Di tempat terpisah, Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Muti meminta

umat Islam dapat menjadikan momentum Maulid Nabi sebagai sarana meningkatkan persatuan umat dan bangsa. Dalam realitasnya, umat Islam berafiliasi pada organisasi dan madzhab yang berbeda-beda.

“Tuhan, nabi, kiblat, dan Alquran sama. Karena kesamaan-kesamaan tersebut maka umat Islam harus saling menghormati, toleransi, dan bekerjasama,” ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika, Selasa (20/11).

Untuk itu, ia juga meminta umat Islam hendaknya mengambil teladan dari peri kehidupan dan kepribadian Nabi Muhammad sebagai seorang yang santun, lemah lembut, penyayang, sederhana, dan suka menolong terutama kaum dhuafa dan mustadzafin.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faisal Zaini mengingatkan umat Islam meneladani Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam yang ramah, bukan yang marah. Menurut dia, dengan meneladani dakwah Islam yang ramah itu, selama ini Indonesia telah mampu menjadi negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

"Beliau (Nabi Muhammad) telah mengajarkan Islam adalah agama yang ramah bukan yang marah. Islam adalah agama yang merangkul bukan memukul. Islam adalah agama yang mengajak bukan mengejek," ujar Helmy saat memberi tausiyah dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad yang digelar di kediaman KH Ma'ruf Amin, Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (14/11) malam.

Namun, menurut dia, jika saat ini banyak orang yang berdakwah dengan menebarkan kebencian atau menebar permusuhan, maka orang tersebut dipastikan jauh dari tuntutan Nabi Muhammad. "Jadi kalau sekarang bertebaran ada orang-orang yang mengatasnamakan syiar Islam tapi dalam dakwahnya hobinya hanya menebar kebencian, menebar teror, menebar permusuhan hampir kita pastikan ini jauh dari tuntunan nabi besar Muhammad," kata Helmy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement