Ahad 04 Nov 2018 06:00 WIB

La Tansa Gelar Panggung Azan untuk Indonesia yang Khuysu’

Ponpes La Tansa meriahkan Hari Santri Nasional dengan pagelaran seni budaya.

Pengasuh Ponpes La Tansa, Lebak, Banten, KH Adrian Mafatihullah Kariem MA memberikan kata sambutan pada acara pentas drama Teater La Tansa yang bertajuk Panggung Azan Khusyu' Negeriku.
Foto: Dok La Tansa
Pengasuh Ponpes La Tansa, Lebak, Banten, KH Adrian Mafatihullah Kariem MA memberikan kata sambutan pada acara pentas drama Teater La Tansa yang bertajuk Panggung Azan Khusyu' Negeriku.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK  – Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober,  merupakan momentum kebangkitan santri dalam mengisi nilai kehidupan berbangsa dan bernegara. “Sebagai kelompok sosial yang turut andil dalam perjuangan kemerdekaan RI, santri harus mampu mengisi kemerdekaan dengan menggali segenap potensi di bidang dakwah, pendidikan keagamaan, pengembangan masyarakat, termasuk di dalamnya kesenian dan kebudayaan,” kata Pengasuh Ponpes La Tansa, Lebak, Banten, KH Adrian Mafatihullah Kariem MA dalam rilis yang diterima Republika.co.id, pekan lalu.

Ia menambahkan, Hari Santri Nasional merupakan salah satu cara mengaktualisasikan nilai-nilai substansial dalam Pancasila dan UUD 1945 sehingga upaya mempertahankan NKRI dapat terwujud secara otentik. “Seni dan budaya adalah cara hidup sekelompok masyarakat yang menjadi simbol kekuatan kehidupan, melawan rasa ketakutan, ancaman kejatuhan akan harga diri, dan gerakan eksistensi kesinambungan hidup memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

Seni dan budaya dipersonifikasilkan bagaikan embun yang menghinggapi semua tempat tanpa memilih sekat. Semua tempat tak pernah memilih di mana dirinya akan terbentuk. “Terkadang di dedaunan mana saja berpijak, di rerumputan mana saja terinjak, dikaca-kaca retak. Ia tak berwarna dan dapat berubah bentuk sesuai apa yang dihinggapinya,” tuturnya.

Menurut KH Adrian, seharusnya manusia belajar dari setetes embun tanpa menimbun keanggkuhan diri, datang dan diterima dengan suka cita di mana cinta berasal dari Tuhan yang menempatkan manusia di muka bumi ini. “Tuhan sangat suka terhadap hati kita yang sederhana namun kaya dengan panggilan cinta,” paparnya.

Terkait Hari Santri Nasional, Ponpes La Tansa menggelar rangkaian acara seni budaya  yang mengusung tema Panggung Azan Khusyu’ Negeriku. Adrian mengemukakan, acara tersebut bertujuan mengajak masyarakat luas untuk menanamkan cinta dan perdamaian dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara, agar Indonesia bisa menjadi negeri yang damai dan khusyu’. Selain itu, menggali pemikiran tentang cinta dan perdamaian dalam spirit kemanusiaan dan ketuhanan yang direpresentasikan melalui azan.

Tujuan lainnya, kata Adrian, mengembangkan bakat potensi santri di bidang seni dan budaya. Juga, menumbuhkan rasa cinta pada bangsa dan negara. “Tidak kalah pentingnya, mengenalkan masyarakat tentang sejarah dan falsafah azan,”  ujarnya.

Rangkaian kegiatan Panggung Azan Khusyu’ Negeriku terdiri dari lomba adzan, pameran lukisan,  robotik azan dan  multimedi azan. Lomba azan diadakan pada 15 Oktober 2018 di Ponpes La Tansa.  “Lomba azan antarpesantren diikuti oleh 44 peserta, terdiri dari peserta tingkat SMP dan SMA. Salah satu peserta terjauh dari pondok pesantren di Sulawesi,” ungkapnya.

Acara lainnya adalah pameran lukisan yang digelar di Jakarta, 16 Oktober 2018. Pameran tersebut diikuti  12 pelukis. Mereka adalah,  Arif Conte, Abdul Azis, Agus Junawan, AR Tanjung, Arie Siswana, Fauzan Moosad, Guntur Wibowo, Ibnu Alwan, Laode Umar, Mozley Kusnandar, Sukamto Kamto, dan Syis Paindow. “Pameran lukisan tersebut  dibuka oleh budayawan Betawi,  Ridwan Saidi,” tuturnya.

Acara berikutnnya adalah Robotik Azan dan Multimedia Azan. Termasuk di dalamnya adalah Renungan Budaya “Menjemput Negeri Yang Khusyu’ Oleh KH  Adrian Mafatihullah Kariem MA;  Puisi Kampung Azan oleh Chavchay Syaifullah;   Instrumentalia Azan oleh KH  Aan Kurnia Apoy,  Wali Band.

 

Puncak acara adalah Pentas Drama Teater La Tansa Panggung Azan Khusyu’ Negeriku persembahan santriwan dan santriwati Pondok Pesantren La Tansa. Acara yang diadakan di Gedung Kesenian Jakarta, 16 Oktober 2018  itu  juga menampilkan KH. Adrian Mafatihullah Kariem;  KH Sholeh;  KH Faisal Hadziq;  pemimpin pondok pesantren alumni Daar El Qolam; serta alumni Daar El Qolam dan La Tansa.

Adrian menyebutkan, rangkaian acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh. Mereka antara lain,  Wakil Walikota Jakarta Pusat, dan Perwakilan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga; budayawan dan pimpinan Teater Kosong,  Radhar Panca Dahana; aktor Imam Ma’arif; Wakil Ketua Umum Lesbumi, Dinaldo;  pendiri Teater Bulungan,  Uki Bayu Sejati; dan  Ketua Umum Himpunan Seni Budaya Islam,  Profesor Dr  Pramudya Ardanta.

Acara Pagelaran Panggung Aan Khusyu’ Negeriku dibuka oleh Wakil Walikota Jakarta Pusat. “Pentas ini menjadi perjuangan santri dalam meluruskan pengertian azan di tengah masyarakat luas, juga sebagai ikhtiar mengoptimalkan media dakwah santri melalui kreasi seni dan budaya”. ujar Chavchay Syaifullah selaku sutradara pementasan drama Panggung Azan Khusyu’ Negeriku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement