REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi kegawatdaruratan kesehatan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia mengharapkan bantuan doa bagi keselamatan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Jalur Gaza, Palestina, yang terdampak serangan rudal militer zionis Israel.
"Semoga Allah SWT melindungi, baik bangunan RSI di Gaza maupun semua tenaga kesehatan di dalamnya, dan juga sukarelawan kami yang masih di sana," kata anggota Presidium MER-C Indonesia dr Sarbini Abdul Murad di Jakarta, Ahad pagi.
Ia mengakui bahwa akibat serangan militer zionis Israel di kawasan itu, sebagian bangunan di RSI Gaza mengalami kerusakan. "Sebagian ruangan rumah sakit terkena dampak, namun tidak rusak parah memang. Di antara yang rusak adalah ruangan administrasi, toilet, ruang Intensive Care Unit (ICU) dan beberapa lainnya," kata dokter kelahiran Aceh itu.
Sarbini Abdul Murad -- salah satu sukarelawan MER-C yang termasuk paling awal masuk Gaza pada akhir tahun 2008 ketika perang Israel-Palestina -- menjelaskan akibat dampak serangan itu, pasien dipindahkan ke lorong-lorong rumah sakit itu.
"Ini dilakukan guna mencegah korban bila terdampak serangan lagi," katanya.
Sukarelawan MER-C yang masih berada di Jalur Gaza, Reza Aldilla Kurniawan, Sabtu (27/10) siang melaporkan bahwa Sejak Jumat (26/10) malam hingga Sabtu, militer zionis Israel masih menggempur sejumlah wilayah di Jalur Gaza.
Ia menjelaskan bahwa pesawat tempur Israel mengirim tidak kurang dari lima roket yang jatuh tidak jauh dari lokasi RS Indonesia yang berada di Bayt Lahiya, Gaza Utara.
Hantaman roket tersebut menyebabkan guncangan keras di area sekitarnya, dan menimbulkan kerusakan di beberapa bagian Rumah Sakit Indonesia, termasuk kantor administrasi, toilet, koridor, dan ruang perawatan intensif.
Reza Aldilla Kurniawan -- yang saat serangan terjadi berada di dalam Wisma Rakyat Indonesia di belakang Rumah Sakit Indonesia, merasakan guncangan besar akibat hantaman roket.
"Guncangan besar sekali, debu-debu jatuh dari atap. Saya langsung keluar dari Wisma dan melihat kondisi Rumah Sakit Indonesia mengalami kerusakan di beberapa bagian," katanya.
Sarbini Abdul Murad menambahkan bahwa serangan Israel semacam itu, sebelumnya juga pernah terjadi selama pembangunan RSI sedang berjalan. Saat itu, sebuah rudal meledak sekitar 50 meter dari pembangunan rumah sakit Indonesia di daerah Jabaliya, Jalur Gaza Utara.
Pembangun RS Indonesia di Gaza berawal dari misi tim bantuan kemanusiaan Indonesia yang membawa bantuan obat-obatan dari pemerintah dan rakyat Indonesia untuk warga Gaza, Palestina, akhir 2008 hingga awal 2009.
Ketika itu misi dipimpin dr Rustam S Pakaya, MPH yang saat itu menjabat Kepala Pengendalian Krisis (PPK) Departemen (Kementerian) Kesehatan dan Direktur Urusan Timur Tengah Departemen Luar Negeri Aidil Chandra Salim.
Dalam perkembangannya, kemudian MER-C menggalang dana dari masyarakat Indonesia hingga akhirnya terwujud RSI di Gaza, yang lokasinya berada di Bayt Lahiya, Gaza Utara.
Sebenarnya, peluncuran secara resmi RS Indonesia di Gaza akan dihadiri relawan dan jurnalis yang pernah ikut menjadi saksi mata saat misi delapan tahun silam.
Namun, karena izin masuk ke Gaza saat ini masih mengalami kendala, kemudian penyerahan itu telah dilangsungkan di Indonesia, pada 9 Januari 2016.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri penyerahan secara simbolis Rumah Sakit Indonesia dari Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) untuk rakyat Palestina.
Penyerahan secara simbolis RS Indonesia di Gaza itu digelar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Sabtu (9/1) malam.
Acara itu dihadiri pula Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Wakil Gubernur Aceh (saat itu) Muzakir Manaf, Menteri Kesehatan Palestina Hani Abdeen, serta Duta Besar Palestina untuk RI Fariz Mehdawi.