Kamis 25 Oct 2018 09:35 WIB

Sambut Muskerwil II, NU DKI Gelar Bedah Buku

Tantangan NU ke depan semakin kompleks.

Bedah buku PWNU DKI Jakarta
Foto: Dok Istimewa
Bedah buku PWNU DKI Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI menggelar bedah buku bertajuk “Peta Jalan NU Abad Kedua”, awal pekan ini, Selasa (23/10). Bedah buku ini merupakan rangkai dari Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) NU II PWNU DKI Jakarta pada 26-27 Oktober.    

Wakil Sekretaris PWNU DKI Djunaidi Sahal mengatakan, di antara harapan utama dari kegiatan ini,  para pengurus PWNU beserta badan otonom dan lembaga- lembaga di bawah PWNU DKI yang akan melakukan Mukerwil II di Bogor nanti, mengerti tantangan NU ke depan. 

”Karena NU DKI sampai sekarang ini belum mampu secara terencana dan sistematis bisa mengembangkan NU menjadi suatu gerakan sosial, tapi masih lebih banyak yang bersifat politis,” kata dia dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Kamis (25/10).  

Sampai saat ini, tutur Djunaidi, NU DKI secara organisasi bahkan tidak mempunyai lembaga pendidikan, rumah sakit atau klinik, dan lainnya. “Semoga kepengurusan NU DKI sekarang bisa menanamkan ide-ide dan menjadi gerakan sosial yg lebih nyata,” tuturnya.

Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU DKI Ahmad Ya’la menambahkan, orang NU seharusnya tidak berpikir hidup dari NU, tapi bagaimana bisa menghidupi NU. 

Sayangnya, dia menilai di pos-pos strategis di negeri ini, peranan tokoh NU dinilai masih kurang. NU harusnya ada dimana-mana dan selanjutnya bisa menghidupi NU. 

“Saya PNS, tapi bukan karena saya NU terus jadi PNS. Tapi karena saya PNS maka saya berfikir apa yang bisa saya lakukan untuk NU,” tuturnya.

Anggota DPD RI dari DKI Jakarta Abdul Azis Khafia mengatakan, buku ini sangat menarik karena mengupas mulai dari kritik apakah NU sejak berdiri hingga sekarang sudah on the track atau belum. Juga dikupas mengenai hal-hal global hingga teknis yang perlu dilakukan NU. 

Menurut dia, buku ini juga menawarkan jalan baru dengan berbagai catatan bahwa kondisi terus dinamis. Kalau NU statis begini- begini saja, jangan heran kalau NU ditinggalkan. Jadi selain kegelisahan tentang NU, juga ada solusi. ”Juga ada tawaran identitas kebangsaan. Dan yang menarik ada semacam futuristik tentang NU,” paparnya.

Penyunting buku “Peta Jalan NU Abad Kedua” Abdul Aziz menuturkan, buku tersebut merupakan kompilasi diskusi terkait NU dengan berbagai tokoh hasil dan diskusi dua tahun lebih sejak menjelang Muktamar di Jombang. 

”Banyak pikiran dan kritik-kritik terhadap NU yang melihat sebenarnya NU ini besar atau kecil? Dan sebagainya. Itulah yang membuat penulisannya agak panjang,” ujar Abdul.

Banyak hal menarik yang diungkap dalam buku tersebut, baik kritik terhadap ormas yang didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari tersebut hingga hal-hal yang perlu dilakukan untuk masa depan. “Ini usaha dari teman-teman nonstruktural yang berfikir tentang NU,” tuturnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement