Kamis 18 Oct 2018 23:24 WIB

Perlakuan Sadis Eropa Abad Pertengahan kepada Tukang Sihir

Perburuan penyihir (witch hunt) terbesar dalam sejarah terjadi pada 1661-1662.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Wali Kota Brentonico, Provinsi Alpine di Trentino, Italia Christian Perenzoni meminta maaf pada seorang perempuan yang telah dieksekusi 300 tahun lalu. Perempuan tersebut dieksekusi mati setelah dituduh sebagai penyihir.
Foto: independent
Wali Kota Brentonico, Provinsi Alpine di Trentino, Italia Christian Perenzoni meminta maaf pada seorang perempuan yang telah dieksekusi 300 tahun lalu. Perempuan tersebut dieksekusi mati setelah dituduh sebagai penyihir.

REPUBLIKA.CO.ID, Pada Abad Pertengahan, kata Michael D Bailey dalam bukunya  Magic and Superstition in Europe, masyarakat Eropa pada umumnya menghakimi sihir sebagai lawan daripada agama. Teologi Kristen memisahkan dengan tegas kekuatan yang berasal dari iblis dengan yang berasal dari kuasa trinitas.

Salah satu praktik perburuan penyihir (witch hunt) terbesar dalam sejarah terjadi di Skotlandia kurun tahun 1661-1662. Brian P Levack (2014) memaparkan, tidak kurang dari 660 orang tewas akibat aksi amuk tersebut. Sebelum dihabisi, mereka digiring ke lapangan dengan tuduhan telah melakukan pelbagai ritual sihir.

Perburuan itu bermula di wilayah perdesaan timur Edinburgh, Midlothian, dan Lothian Timur. Awalnya, ada 206 orang yang dituding sebagai penyihir. Namun, amuk massa meluas tidak hanya di ketiga daerah tersebut. Dari sekitar 600 korban jiwa, sejarah mencatat sebanyak 206 di antaranya tewas akibat dibakar hidup-hidup. 

Begitulah cara orang-orang Abad Pertengahan “membersihkan” masyarakat dari pengaruh sihir. Lebih lanjut, Nachman Ben-Yehuda melalui artikelnya, “The European Witch Craze of the 14th to 17th Centuries: A Sociologist's Perspective” mendapatkan angka yang mencengangkan.

Dalam rentang abad ke-14 sampai 1650, sebanyak 200 ribu hingga 500 ribu penyihir mati akibat aksi massa di Eropa Dataran. Mayoritas atau sebesar 85 persen di antaranya merupakan perempuan. 

Namun, seiring dengan mencuatnya teknologi penyiaran, sihir kembali mengalami pergeseran makna. Memasuki awal abad industri, praktik-praktik sihir //(magic)// menjadi bagian dari bisnis pertunjukan hiburan.

Pesulap Amerika Serikat, Eugene Burger, menguraikan pendapatnya dalam buku Performing Magic on the Western Stage. Dia mengakui, sihir sudah sejak zaman purba dipandang sebagai praktik jahat. 

Akan tetapi, lanjutnya, di luar kepercayaan agama Islam, Kristen, dan Yahudi, sihir telah diterima sebagai seni. “Ini utamanya karena upaya-upaya para pengiklan dan pemasaran,” ujar pria kelahiran 1939 tersebut.

Salah satu raksasa industri hiburan yang berjasa mengangkat nilai jual sihir adalah The Walt Disney Company dan rekan-rekan. Korporasi-korporasi semacam itu meyakini, sihir mengungkapkan hasrat terdalam setiap orang.

Dengan sihir sebagai seni, Burger meneruskan, penonton mengalami kesenangan atau ketegangan (suspense) yang terpuaskan karena tidak memerlukan upaya-upaya rasional apa pun, meskipun itu hanya sesaat

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement