Sabtu 13 Oct 2018 06:30 WIB

Berkah Kota Suci

Teladan Keluarga Ibrahim

Kota Makkah

Ibrahim terus pergi, kemudian setelah tiba di bukit Tsaniyah, tempat di mana Hajar dan Ismail sudah tidak melihatnya, Ibrahim memanjatkan doa berikut dengan mengangkat kedua tangan, Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami berharap mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Ibrahim: 38).

Hajar kemudian menyusul Ismail dan meminum air yang diberikan Ibrahim. Setelah persediaan air habis, keduanya kehausan. Sang ibu menatap anaknya yang tengah berbaring. Ia akhirnya pergi karena tidak tega melihat anaknya. Ia melihat bukit paling dekat di sekitarnya Safa. Ia kemudian berdiri di puncak bukit Safa dan melihat ke berbagai arah apakah ada seseorang, tapi ternyata sepi.

Ia kemudian turun, setelah tiba di perut lembah, ia melipat pakaian hingga sebatas lengan, kemudian berlari-lari kecil layaknya orang yang sudah keletihan. Setelah melalui lembah tersebut, ia menghampiri bukit Marwa, lalu berdiri di puncaknya. Di sana ia menghampiri bukit Marwa, lalu berdiri di puncaknya.

Sebelum mencapai tujuh kali, Hajar pergi untuk menengok anaknya. Melihat Ismail yang berguling-guling, Hajar memutuskan untuk kembali ke bukit Safa. Apa yang dilakukan Hajar ini di abadikan sebagai salah satu rukun dalam umrah dan haji. Setiap jamaah di wajibkan melaksanakan sa'i berlari-lari kecil antara Safa dan Marwa.

Saat berada di atas bukit Marwa, Hajar mendengar suara, ia pun berkata da lam hati, Diamlah. Sesaat kemudian Hajar mendengar suara yang sama.

Hajar pun berkata, Kami mendengar suaramu, jika kau bisa menolong, tolonglah kami! Ternyata di hadapannya ada malaikat di tempat zamzam berada. Malaikat itu lantas menghentakkan tumit, atau sayapnya, hingga air memancar. Hajar kemudian mengumpulkan air itu di tangannya dan memasukkan air ke dalam wadah. Air itu memancar deras setelah diciduk.

Rasulullah bersabda, Andai ia tidak menciduk air zamzam, niscaya akan mengalir (ke seluruh permukaan bumi). Ia pun minum dan menyusui Ismail kecil. Kemudian malaikat itu berkata kepadanya, jangan takut telantar karena di sini akan berdiri rumah Allah yang dibangun bocah ini dan Ayahnya, Allah tidak akan menelantarkan keluarganya.

Pada mulanya Ka'bah berada di ketinggian seperti bukit. Kemudian banjir besar melanda hingga mengikis sebelah ki ri dan kanannya. Setelah air zamzam mun cul, Hajar dan Ismail tetap bertahan di sana.

Hingga suatu hari rombongan dari suku Jurhum singgah di Makkah. Mereka melihat seekor burung terbang berputar-putar. Mereka berkata, Sungguh, burung itu berputar mengelilingi air, tapi setahu kita di sini tidak ada air.

Mereka mengirim pencari jejak dan menemukan air. Rombongan itu langsung menikmati zamzam. Hajar berpesan, mereka tak punya hak untuk memiliki mata air itu, tapi mereka boleh memi numnya.

Ismail menikah

Ismail kemudian tumbuh dewasa. Dia pun dinikahkan dengan salah satu wanita dari suku Jurhum. Tak lama setelah mereka menikah, Hajar meninggal dunia. Kemudian, Ibrahim yang diberi pe tunjuk oleh Allah, datang menemui Ismail. Saat datang ke rumah Ismail, Ibrahim tidak bertemu dengan anaknya.

Dia hanya bertemu istrinya, Ibrahim bertanya kepada istri Ismail, ia menjawab, `Ia sedang pergi mencari nafkah untuk kami.' Setelah itu, Ibrahim menanyakan kehidupan dan kondisi mereka. Istrinya mengeluh kepada Ibrahim bahwa keluarganya hanya manusia biasa yang serbasulit dan miskin.

Ibrahim kemudian mengatakan agar menyampaikan salamnya dan meminta untuk mengubah palang pintu rumah nya.Setelah Ismail pulang, ia bertanya ke pada istrinya, Apa tadi ada tamu yang datang? istrinya menjawab, Ya. Tadi ada orang tua datang kemari, cirinya begini dan begitu. Ia menanyakanmu, aku pun memberitahukan padanya. Setelah itu, ia bertanya kepadaku ten tang kehidupan kami. Aku berkata padanya bahwa aku berada dalam kesulitan.

Ismail kemudian menceritakan jika tamu yang datang adalah ayahnya Ibrahim dan melalui pesannya itu dia meminta untuk menceraikan istrinya. Ismail kemudian menceraikan istrinya itu lalu menikah dengan wanita lain.

Selang berapa waktu, Ibrahim tidak kunjung datang. Namun saat datang, Ibrahim kembali tidak bertemu Ismail. Ibrahim masuk menemui istri Ismail lalu menanyakan Ismail padanya. Istrinya menjawab, Ia sedang mencari nafkah untuk kami. Setelah itu Ibrahim bertanya, Bagaimana kondisi kalian? Istrinya yang kini berbeda dengan sebelumnya, dia tidak menceritakan kesulitan dan kesusahannya berumah tangga selama bersama Ismail.

Istrinya menceritakan, hidupnya bahagia dan sejahtera karena tersedia da ging dan air untuk memenuhi kebutuhan hi dupnya. Berkat sifat qanaah istri Ismail, Ibrahim kemudian berdoa, Ya Allah ber ka hilah daging dan air mereka.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement