Kamis 11 Oct 2018 22:00 WIB

Muhammadiyah Hadiri Pertemuan Pemuka Agama di Kazakstan

Pada dasarnya agama tidak selalu menentang globalisasi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Haedar Nashir
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menghadiri acara pertemuan pemuka agama dunia yang berjuluk VI Congress of the Leaders of World & Traditional Religions. Kegiatan ini diselenggarakan di Kazakhsztan selama dua hari pada 10-11 Oktober 2018.

Haedar tidak datang sendiri, dia juga ditemani Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti dan Ketua Umum PP Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini. Pembukaan acara yang digelar di Atrium Hall the palace of peace and accord pada Rabu (10/10) dihadiri presiden Kazakhsztan dan presiden Serbia, Aleksandar Vučić.

Kegiatan ini dihadiri 82 negara perwakilan, yang terdiri dari pemimpin organisasi agama Islam, Kristen, Hindu, serta perwakilan organisasi internasional, seperti Aliansi Peradaban PBB, OSCE , UNESCO. Pertemuan ini membahas peran para pemimpin agama dalam menjaga dunia yang aman.

Pada Kamis (11/10), Haedar berkesempatan untuk menyampaikan materi tentang "Religion and Globalization:Challenges and Responses". Dalam presentasinya, Haedar mengatakan bahwa pada dasarnya agama tidak selalu menentang globalisasi. Islam khususnya, kata dia, sejak awal berkembangnya telah mensyiarkan dari dunia tanpa batas.

“Islam secara konsisten menyerukan pesan universal yang tidak terbatas suku tertentu dan etnis, geografi dan daerah. Islam telah menyerukan persaudaraan universal dan kerja sama antara orang-orang dari elemen penting dunia,” ujar Haedar dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (11/10).

Namun, Haedar juga mengatakan bahwa globalisasi juga dapat memberikan dampak yang negatif. Karena itu, menurut dia, peran agama Islam sangat dibutuhkan dalam memerangi dampak negatif globalisasi tersebut, seperti yang tertuang dalam surah al-Maidah ayat 2 dan surah al-A’raf ayat 56.

“Dalam hal ini Islam, harus memposisikan diri dalam proses yang tak terelakkan globalisasi. Agama harus tetap sebagai sumber dorongan untuk globalisasi yang akan membawa kebaikan bersama, tapi pada saat yang sama, harus berfungsi sebagai pengingat dan alarm bagi umat manusia untuk tidak terlibat dalam perbuatan yang merusak,” jelas Haedar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement