REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seni kaligrafi (khat) Islam berkembang dengan pesat sejak dulu. Mereka yang ahli bidang seni ini disebut dengan khathath, baik pria maupun wanita.Sejumlah buku menyebutkan jumlah kaligrafer wanita tidak lebih dari 20 orang.
Namun, sumber- sumber sejarah menyebutkan jumlah mereka mencapai ribuan orang yang tersebar di Andalusia. Tersiar cerita bahwa kaligrafer wanita sering kali menyembunyikan identitas mereka sehingga tidak tercatat dalam sejarah.
Belakangan ini kaligrafer wanita telah banyak tercatat di dalam sejarah Islam. Sejumlah makam di Istambul diketahui menjadi tempat persemayaman terakhir khathath wanita. Berikut adalah profil singkat tiga kaligrafer wanita.
Zainab Syahda
Zaynab Syahda adalah putri Abu Nasr Ahmad bin al-Faraj. Dia juga dikenal sebagai Fahrunnisa, Sittud-Dar dan al-Katiba. Meskipun keluarganya ber asal dari Dinawar, dia lahir di Baghdad. Dia adalah seorang kaligrafer wanita terkenal dengan pekerjaannya di bidang hukum dan hadis, selain suaminya. Dia juga guru Yaqut, khalifah Abbas terakhir, dan kaligrafer di Istana Musta.
Sejarawan Ibn Khallikan menulis bahwa Zainab telah menerima pelajaran dan mendapatkan ijazahnya dari para ilmuwan penting di abad ke-5 Hijriah seperti Abu al-Hattab Nasr bin Ahmad al-Butruvani dan Abu Abdullah Hussain bin Ahmad bin Talha an-Niali.
Syifa Binti Abdullah
Dia adalah salah satu sahabat wanita terkenal Nabi Muhammad, kerabat Umar bin Khatab. Dia dikenal sebagai Umm Sulaiman bin Abi Hamsa. Dia adalah anak perempuan Abdullah bin Abdisyams al- Qurasyiyah al-Adawiyah.
Syifa dikenal sebagai wanita terdidik yang mengetahui bagaimana membaca dan menulis sebelum Islam datang.Dia dikenal sebagai guru wanita pertama dan kaligrafi dalam Islam dan dia mengajar banyak orang, seperti anak perempuan Umar, Hafsah binti Umar bin Khattab.
Asma Ibret Hanim
Dia adalah kaligrafer wanita di masa pemerintahan Sultan Selim III. Asma merupakan putri dari Serhasakiyan Ahmad Aga yang memegang posisi penting di istana. Dia dikenal sebagai murid terkenal Mahmud Salahuddin yang menulis kaligrafi Sulusi dan Naskhi. Asma kemudian menikahi gurunya.
Karya pertamanya yang terkenal adalah Hilyei Syarif, deskripsi tentang Nabi Muhammad yang dibuat pada tahun 1209 H atau 1795 M. Saat ini karya tersebut disimpan di Museum Istana Topkapi. Usianya baru 15 tahun saat dia menulis hilye ini, sehingga dapat diasumsikan dia telah lulus sebelum usia 15 tahun.