REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, turut menghadiri Malam Kebudayaan Santri di Panggung Krapyak. Pada kesempatan itu, ia menekankan semakin pentingnya peranan santri bagi bangsa di masa-masa mendatang.
Ia menilai, santri merupakan komunitas yang sangat cair dan sangat egaliter. Hal itu dikarenakan santri memang hidup di tengah-tengah masyarakat sendiri yang tentunya sangat cair. Untuk itu, ia menekankan, santri tidak cuma akan menguasai nilai-nilai agama sebagai inti dari kemampuannya. Tapi, santri harus memiliki kemampuan untuk menyerap aspirasi masyarakat.
"Mampu merespons, menyikapi dan memberi solusi terhadap masalah-masalah masyarakat tersebut," kata Lukman yang ditemui sebelum gelaran Malam Kebudayaan Pesantren di Panggung Krapyak, Rabu (10/10).
Lukman berpendapat, itu yang harus senantiasa menjadi ciri khas yang tidak bisa hilang dari santri. Ia menegaskan, santri tidak boleh hanya hidup di menara gading. Artinya, hanya berdiam diri di puncak dengan membawa begitu banyak ilmu yang didapatkan selama berada di pondok pesantren. Terlebih, selama di pesantren, santri sudah pasti tidak cuma mendalami ilmu agama.
Santri, lanjut Lukman, sudah pasti hidup dalam keragaman, dan mempelajarai bagaimana menyelesaikan masalah yang juga beragam. Bagi Lukman, ini yang menjadi modal besar dari santri itu sendiri. "Ketika mereka kembali ke masyarakat, harapannya mampu berinteraksi dengan masyarakat dan memberi solusi terhadap permasalahan-permasalahan nyata yang dihadapi masyarakat," ujar Lukman.