REPUBLIKA.CO.ID, Nasihat yang disampaikan para ulama kepada penguasa tak selamanya dalam kesempatan yang formal. Bahkan, nyaris tak pernah disampaikan dengan cara yang garang dan nada keras.
Dalam beberapa kesempatan, sejumlah ulama menyampaikan petuah bijaknya ketika tengah berada dalam suasana rileks, seperti kala mereka tengah satu meja bersama sang khalifah.
Ini, antara lain, seperti yang pernah dialami Imam Abu Yusuf al-Qadhi sebagaimana dinukilikan Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitabnya, Maqamat al-‘Ulama Bain Yaday al-Khulafa’ wal al-‘Umara’.
Suatu ketika, dia diundang makan bersama Khalifah Harun ar-Rasyid. Namun, di tengah-tengah jamuan, ternyata pelayannya lupa menyiapkan sendok. Mengetahui hal itu, sang khalifah naik pitam dan memarahi pelayan tadi sejadi-jadinya.
Perlakuan yang ditunjukkan sang khalifah ini tentu membuat Imam Abu Yusuf tak enak hati lalu tergerak memberikan nasihat. “Wahai pemimpin umat Islam, telah diriwayatkan dari kakekmu, Abu al-Abbas Abdullah bin Abbas, yang menafsirkan ayat ke-70 surah al-Isra’: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan.” Menurut kakekmu, bentuk pemuliaan itu adalah bahwa setiap makhluk akan memakan menggunakan mulutnya kecuali manusia yang makan memakai tangannya.”
Lalu, saat pelayan mendatangkan sendok, sang khalifah mengambil kemudian mematahkannya. Dia lantas makan menggunakan tangan tanpa sendok. “Benar apa yang dikatakan kakekku,” kata Khalifah Harun.