REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam di Hawaii sebenarnya sudah hadir lebih dari seabad yang lalu. Imam sekaligus pemimpin spiritual Muslim Hawaii yang pertama adalah pria kelahiran Cina, pensiunan diplomat karier yang sebelumnya bertugas di Arab Saudi dan Kuwait. Namanya Haji Saad Abdul Rahim Shih Ming Wang.
Pada 1960-an, sebuah organisasi Muslim berdiri di wilayah ini, namanya Muslim Association of Hawaii (MAH). Dosen di University of Hawaii Mona Darwich menyatakan, sebelumnya organisasi tersebut bernama The Muslim Student Association (MSA).
Wacana untuk mendirikan organisasi ini telah digagas sekitar 30 tahun lalu oleh para mahasiswa Muslim dari University of Hawaii di Manoa. Mereka berasal dari India, Pakistan, Afghanistan, Indonesia, Malaysia, dan Timur Tengah.
Mereka pula yang berjuang mengumpulkan sumbangan untuk mendirikan masjid dan Islamic Centre di Hawaii. Salah seorang mahasiswa yang tergabung dalam organisasi tersebut, James Abdullah Roushey, memberanikan diri menemui Pangeran Abdulaziz Bin Fahad Al-Faisal, yaitu putra Raja Arab Saudi saat itu untuk mengajukan proposal pembangunan fasilitas keislaman tersebut. Beruntung, proposal itu disetujui. Keluarga Kerajaan Arab memberikan donasi sebesar 500 ribu dolar AS.
Pada 1979 masjid tersebut berdiri. Namun, tak seperti masjid pada umumnya, masjid itu tak memiliki corak Islam sama sekali. Maklum, masjid tersebut hanyalah bangunan mewah yang disulap menjadi masjid. Di masjid inilah, kaum Muslimin berkumpul untuk melaksanakan ibadah. Masjid ini dibuka setiap hari untuk kegiatan shalat lima waktu, shalat Jumat, dan shalat Tarawih pada Ramadhan.
Tiap Sabtu malam, masjid menggelar acara potluck yang merupakan tradisi kumpul-kumpul ala warga Barat. Potluck berarti acara silaturahim sambil membawa makanan masing-masing. Dengan demikian, tuan rumah atau penyelenggara silaturahim tidak perlu repot menyiapkan makanan bagi para tamunya.
Masjid ini juga menyelenggarakan sekolah Islam pada hari Ahad yang diberi nama Nooran Islamic School. Sekolah yang digerakkan para relawan Muslim ini dibuka bagi anak-anak dan remaja yang ingin menambah pengetahuan tentang Islam, mengaji, atau belajar bahasa Arab.
Masjid dan Islamic Centre yang dibangun MSA didatangi sedikitnya 300 orang setiap harinya. Melihat perkembangan Islam yang demikian pesat, para pengurus MSA sepakat untuk mengganti nama organisasinya menjadi The Muslim Association of Hawaii (MAH) pada 4 Februari 1997.
Jumlah Muslim di Hawaii memang terus bertambah. Jumlahnya semakin banyak justru pascatragedi penghancuran gedung World Trade Centre (WTC) pada 11 September 2001.
Cromwell Crawford, pimpinan Departemen Agama di University of Hawaii, menyatakan, setelah kejadian tersebut, banyak penduduk yang mulai sadar bahwa mereka bisa meninggal kapan saja. Mereka mulai sadar bahwa hidup di dunia adalah fana.
Hanya sementara. “Pada akhirnya banyak orang yang berubah pola pikirnya. Para lajang mencari ikatan, keluarga menjadi semakin erat, dan orang kembali mencari pegangan agama,” ujarnya.