Senin 01 Oct 2018 15:15 WIB

Ribat, Tempat Singgah Kaum Sufi

fungsi sebagai masjid menjadi lebih dominan.

Ribat di Susa, Tunisia.
Foto:

Pada keempat sudut bangunan ini terdapat semacam menara pengawas yang berfungsi pula sebagai minaret. Tumpuan bawahnya berbentuk silindris sementara bagian atasnya berbentuk segi delapan beratap kubah.

Bentuk menara ini banyak dipengaruhi oleh gaya menara Dinasti Abasiyah yang banyak dibangun pada akhir abad kedelapan. Menara ini berketinggian rata-rata lima meter. Di menara ini terdapat balkon yang  “melayang” sekitar 31 meter di atas permukaan tanah.

Selain sebagai  menara pengawas, menara ini juga berfungsi sebagai corong untuk menyiarkan azan atau memanggil warga untuk melakukan aktivitas ibadah. Di pucuk menara ini terdapat simbol bulan sabit dan bintang yang biasa diasumsikan sebagai tanda masjid.

photo
Ribat di Susa, Tunisia

Pengaruh arsitektur Romawi, menurut Yulianto, sangat terasa pada bangunan ini. Selain terlihat pada pelengkung di setiap ambang atas bukaan dan portico (bagian bangunan yang terdiri dari kolom-kolom penyangga dan atap, biasanya berfungsi sebagai selasar atau teras untuk memasuki sebuah bangunan), juga tampak pada konstruksi batu yang sangat kokoh sesuai dengan fungsi pertahanannya.

Pintu masuk ribat berketinggian enam meter dan lebar dua meter. Pintu ini diapit oleh pilar marmer antik dan kolom granit. Bagian terasnya memiliki lorong persegi kecil dan berkubah. Sementara itu, lantai dasar bangunan ini dibagi dalam 33 sel berukuran kecil. Sel-sel ini digunakan sebagai tempat tinggal.

Tua

Berapa sebenarnya usia ribat di Kota Susa? Sebuah prasasti yang terpampang di atas pintu yang mengarah ke menara bisa menjadi petunjuk. Dalam prasasti itu tertulis bahwa bangunan masjid-benteng ini dibangun pada 821 M atas prakarsa Sultan Zidayatullah I.

Seiring perjalanan waktu, bangunan ini sempat mengalami kerusakan, di antaranya kerusakan yang terjadi pada 1943 saat Perang Dunia II mengamuk di Afrika Utara. Menyusul kerusakan itu maka dilakukanlah pemugaran pada rentang waktu 1951-1953. Alhasil, ribat di Kota Susa kembali tampil gagah hingga hari ini.

photo
Ribat

Tentu saja saat ini ribat tak lagi menjadi pangkalan militer. Bangunan tersebut kini berubah menjadi objek wisata yang ramai dikunjungi turis, sejarawan, maupun arsitek dari berbagai negara dan agama. Melihat bangunan ini, siapa pun setuju bahwa ribat merupakan karya agung umat Islam pada masa lalu, tepatnya pada masa awal penyebarannya di Afrika Utara. Dari bangunan ini pula, Islam kemudian menyebar ke berbagai penjuru Afrika.  n ed: wachidah handasah

Tempat Singgah Kaum Sufi

Pada masa-masa awal perkembangan Islam di Afrika Utara, ribat dibangun di sepanjang wilayah perbatasan kawasan tersebut. Jika disederhanakan, ribat tak ubahnya barak militer. Ia berperan sebagai pos pertahanan untuk mempertahankan kekuasaan Islam.

Bagi umat Islam pada masa itu, ribat tak hanya difungsikan sebagai barak militer maupun benteng. Bangunan ini juga berfungsi sebagai tempat ibadah atau masjid. Seiring membaiknya kondisi politik dan keamanan, fungsi ribat sebagai benteng pertahanan pun berkurang. Sebaliknya, fungsi sebagai masjid menjadi lebih dominan.

Pada masa lalu, ribat juga kerap menjadi tempat persinggahan bagi para pelayar maupun kaum sufi yang datang dari berbagai negara. Karena itu, tak mengherankan jika ribat kemudian menjadi salah satu pusat kegiatan dakwah Islam sehingga agama Allah ini kemudian menyebar dari Afrika Utara, melintasi Sahara kemudian menyentuh berbagai wilayah di Benua Afrika.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement