Jumat 28 Sep 2018 19:17 WIB

Jejak Suku Tatar di Polandia

Meski lupa bahasa tanah leluhur Suku Tatar jaga identitas sebagai Muslim.

Etnis Tatar di Krimea
Foto: VOA
Etnis Tatar di Krimea

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bukan perkara mudah bagi suku Tatar tinggal di sebuah negeri baru. Suku Tatar adalah para pengelana padang-padang luas, tempat yang tak banyak mereka jumpai setelah pindah ke Polandia.

Pada akhir abad ke-15, suku Tatar mulai teraklimatisasi dengan kultur setempat, mulai bisa menetap setelah hidup berpindah-pindah. Pada abad ke-16, orang-orang suku Tatar tak lagi sulit berbicara dalam bahasa setempat.

Bagaimana tidak, para pria suku Tatar diharuskan menikahi wanita lokal. Saat para bapak sibuk menyusun siasat kemenangan di tengah medan perang, anak- anak perkawinan campuran ini menjadi lebih dekat dengan kultur dan bahasa para ibu.

Meski lupa bahasa tanah leluhur, hal itu tak berlaku bagi agama yang dianut anak cucu keturunan suku Tatar. Mereka tetap memeluk Islam. Hubungan dengan Islam tak putus, meski Muslim di Polandia tak banyak berhubungan dengan dunia Islam di luar.

Berhaji ke Makkah tetap menjadi hal utama yang mereka perjuangkan untuk menyempurnakan rukun Islam.

Sebuah tulisan panjang dalam bahasa Turki yang ditulis atas perintah Rustem Pasha, seorang wazir pada masa kepemimpinan Sultan Sulaiman al-Qanuni menyebut, se orang Tatar Polandia pernah mengunjungi Istanbul sekembali dari Makkah.

Tulisan berjudul Tatar Polandia itu juga menyebut bahwa hanya orang Tatar Polandia yang cukup kaya saja yang bisa melakukan perjalanan semacam itu. Naskah itu juga menjelaskan keadaan suku Tatar pada 1550. Pada masa itu, orang-orang suku Tatar juga membawa koin-koin Arab usai berhaji.

Pada abad 15 dan 16, hubungan Polandia dan Tatar lebih kepada saling menjaga relasi baik. Pemerintah Polandia berkepentingan men jaga hubungan dengan suku-suku Muslim.

Di era itu pula, tak jarang orang-orang suku Tatar membawa imam dari Crimea dan Turki. Mereka juga menggunakan alfabet Arab (hijaiyah) tak hanya untuk menulis Alquran, tapi juga literatur seperti tafsir, kitab, dan aneka dokumen surat-menyurat.

Pertengahan abad ke-16 bisa disebut sebagai masa keemasan suku Tatar, karena mereka tersebar di berbagai wilayah Polandia.

Tiap desa yang mereka tempati memiliki masjid. Hingga saat ini, permukiman yang dihuni suku Tatar tetap mempertahankan nama jalan menggunakan nama-nama Tatar.

Namun, keistimewaan yang diberikan kepada suku Tatar dicabut menjelang akhir abad ke- 16. Di sini, tampak paralel masa keemasan suku Tatar dengan kejayaan dunia Islam di abad pertengahan.

Pada abad 16 dan 17, orang-orang Tatar lainnya menemukan tempat berlindung pula di tanah Persemakmuran Polandia-Lituania. Sebagian besar mereka adalah orang Tatar dari suku Nogay dan Crimea. Hingga 1980-an, Islam di Polandia selalu berasosiasi dengan orang Tatar.

Muslim Tatar abad ke-20 Pada awal abad ke-20, orang-orang Tatar Lipka menjadi bagian masyarakat Polandia dan bergabung dengan kelompok Katolik Roma dalam migrasi massal ke Benua Baru.

Di sana, mereka bahkan mendirikan masjid di Brookyn dan New York yang hingga hari ini masih digunakan.

Pada 1919, saat perang Polandia-Bolshevik pecah, dua pejabat militer Polandia keturunan Tatar, yakni Maciej Bajraszewski dan Dawid Janowicz-Czainski, membentuk Resimen Kavaleri Tatar yang memperkuat pertahanan Polandia. Pascaperang, unit ini kemudian bertransformasi menjadi skuadron dan meneruskan tradisi kejayaan militer bangsa Tatar pada abad 20, seperti ketika persemakmuran masih ada.

 

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement