Kamis 13 Sep 2018 15:18 WIB

Kemenag: Kampanye ISIS Telah Membuat Citra Islam Merosot

Forum AICIS diharapkan bisa memperbaiki citra Islam tersebut.

Rep: Muhyiddin/ Red: Andi Nur Aminah
Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kementerian Agama, Arskal Salim.
Foto: Republika/Muhyiddin
Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kementerian Agama, Arskal Salim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia kembali menjadi tuan rumah koferensi Islam dunia berjuluk Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-18. Event Internasional yang digelar Kementerian Agama ini akan dilaksanakan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah pada 17-20 September 2018.

Konferensi ini merupakan pertemuan para sarjana Muslim, ilmuwan dan akademisi studi Islam dalam rangka memecahkan persoalan keislaman terkini. Dengan adanya konferensi ini, diharapkan bisa memberikan masukan-masukan yang membangun bagi peradaban Islam yang lebih baik bagi dunia.

Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, Dirjen Pendidikan Islam, Kementerian Agama, Arskal Salim mengatakan, saat ini dunia masih mengalami kesulitan dalam memahami Islam. Terutama karena adanya kontradiski antara ajaran Islam dengan perilaku sebagian penganutnya.

Selain itu, kampanye yang dilakukan gerakan radikal seperti Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) juga telah membuat citra Islam merosot. Forum AICIS ini diharapkan bisa memperbaiki citra Islam tersebut. “Kampanye ISIS yang terus menerus melawan kemanusiaan telah membuat citra Islam merosot di mata dunia,” ujar Arskal saat konferensi pers tentang AICIS di Kantor Kemenag, Jakarta Pusat, Kamis (13/9).

Dia mengatakan, hal-hal semacam itu telah membuat orang-orang Barat mengidentifikasi Islam sebagai agama teror dan kekerasan. Seringkali orang-orang barat memiliki pandangan bahwa Islam itu direpresentasikan oleh negara-negara Arab yang sedang berkonflik dengan mengesampingkan Indonesia serta Kawasan Asia Tenggara sebagai kantong muslim besar dunia.

Padahal, Asia Tenggara sebenarnya dapat menjadi salah satu representasi dunia Islam yang memiliki perbedaan besar dengan Timur Tengah. Kawasan ini juga menampilkan keberhasilan moderasi Islam di tengah tekanan radikalisme yang mengglobal.

Menurut Arskal, negara-negara Islam di Asia Tenggara, terutama Indonesia telah banyak melahirkan pemikiran baru dalam hal budaya, sosial, ekonomi, arsitektur, serta pola hubungan antara mayoritas-minoritas yang erat kaitannya dengan Islam. Karena itu, Indonesia diharapkan bisa memberikan kontribusi melalui AICIS ini. “Kita sangat kaya akan khazanah keislaman yang belum tergali dengan sempurna,” katanya.

Adanya gap antara ajaran Islam dan perilaku penganutnya di berbagai belahan dunia ini menjadi tema sentral sidang AICIS, yaitu “Islam di Asia Tenggara dan Dunia Global: Teks, Pengetahuan dan Praktik". Pembicara kunci dalam forum ini adalah Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin dan Pakar Studi Islam, Dominik Müller, PhD dari Max Planck Institute for Social Anthropology, Jerman.

Sebanyak 2.000 sarjana Muslim, pakar dan praktisi dunia Islam, baik dari dalam negeri dan luar negeri jiga akan terlibat dalam jual beli ide-ide baru di forum tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement