REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arthur Wagner, politisi dari Partai Nationalist Alternative for Germany (AfD) ini mengejutkan rekan-rekannya setelah menyatakan memeluk Islam. Bahkan, keputusan berislam pria yang merupakan imigran dari Rusia itu menghiasi pemberitaan dunia selama kurun waktu Januari 2018.
Keterkejutan publik Jerman dan dunia bukan tanpa alasan. AfD, partai yang membesarkan namanya, tahun lalu menjadi partai nasionalis pertama pemenang kursi di parlemen Jerman sejak 1960-an yang mempropagandakan anti-Muslim secara terbuka. Salah satu slogan yang diusung adalah "Islam tidak memiliki tempat di Jerman".
Keberadaan Wagner di partai ini pun memicu kecemasan internal. Apalagi sosok, yang pernah merintis kariernya sebagai sopir truk itu menyatakan, akan tetap di AfD. Dia berambisi membangun hubungan antara Muslim Jerman dan masyarakat mayoritas di negara tersebut.
Namun, akhirnya, Wagner yang bergabung dengan AfD sejak 2015 itu mengundurkan diri sebagai wakil ketua AfD lokal di negara asalnya, Brandenburg. Belakangan, keputusannya tersebut mendapat respons dari partai.
Juru bicara AfD Daniel Friese mengatakan, mereka tidak khawatir dengan keislaman Wagner. Menjadi Muslim bukanlah halangan aktif sebagai anggota partai.Meski AfD berseberangan dengan Islam dan Muslim. "Partai tidak memiliki masalah dengan itu," kata Friese.
Kasus Wagner, meskipun dianggap sangat tidak biasa, tapi masih diterima di partai. Jika dibandingkan dengan Arnoud van Doorn, anggota Partai Kebebasan dari politisi sayap kanan Belanda Geert Wilders yang diminta meninggalkan partai pada 2013 setelah Doorn masuk Islam dan pergi berhaji ke Arab Saudi.
Wagner diyakini sebagai anggota AfD pertama yang masuk Islam setelah bergabung dengan partai, meskipun juru bicara partai mengatakan, ada Muslim lain dalam barisan Wagner.
Anti-pernikahan sejenis
Pria berusia 48 tahun ini mengubah namanya menjadi Ahmad setelah mengucapkan dua kalimat syahadat. Awalnya, Wagner yang merupakan anggota aktif Komunitas Jerman-Rusia ini menolak berkomentar mengenai kisahnya memeluk Islam.
Namun, akhirnya, pria yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Regional Rusia-Jerman ini menampilkan jati dirinya sebagai Muslim di hadapan publik dan bersedia diwawancara untuk menjelaskan keputusannya dengan koran Bild.
"Salah satu alasannya adalah cara gereja berubah yang saya tidak mengerti lagi,"kata Wagner yang sebelumnya ada lah seorang Kristen taat dan tercatat sebagai anggota gereja Protestan.
Wagner dengan tegas menyatakan tidak senang Protestan mengambil bagian dalam pawai hak gay di Berlin. "Dengan anak- anak di sana! Itu adalah sikap mereka terhadap AfD, terhadap pernikahan gay," katanya pria yang pernah aktif di Demokrat Kristen ini.
Rusia menjadi tempat deklarasi Wagner berikrar syahadat. Tepat pada 2015, ketika dia berkunjung ke Ufa, rumah bagi ko munitas Muslim Tatar terbesar, salah satu pusat stu di Islam Rusia. Sejak saat itu, dia ber keyakinan, abad ke-21 adalah abad Islam dan berencana belajar menjadi imam di Rusia.
Wagner merahasiakan perpindahan agama itu selama kurang lebih tiga tahun.Dia merasa tidak tahu harus berkata apa kepada rekan-rekan partainya. Dan benar saja, begitu dia mendeklarasikan secara terbuka keislamannya, sejak saat itu pula dia menerima surat ancaman. "Saya mendapatkan surat yang menyuruh saya keluar dari Jerman sebelum saya diledakkan bom," katanya.
Ancaman tersebut tak membuatnya gentar. Wagner merasa dia bagian dari sesuatu yang lebih besar, yaitu umat sebagai komunitas besar dunia dengan populasi kurang lebih dari 1,8 miliiar jiwa. "Saya tidak perlu membuktikan diri kepada siapa pun. Aku hanya pergi dengan caraku,"katanya lantang.