REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Semenjak fase awal bencama gempa melanda pulau Lombok, sebanyak 500 pelajar lebih harus menunda kegiatan belajar di sekolah. Tak ada lagi sekolah yang berdiri di sana. Tak terkecuali di Desa Dangiang Kabupaten Lombok Utara.
Pengajar pun sama halnya berduka. Rumah mereka hancur, keluarga banyak yang terluka sehingga anak-anak mengalami kevakuman pada proses belajar mengajar. Oleh karenanya, Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) memanggil relawan untuk tetap bergerak bersama untuk membantu para korban agar tidak terlarut dalam kesedihan yang ada.
Beberapa fasilitas sementara yang sudah di bangun oleh tim IZI antara lain posko yang tersebar di beberapa titik. Terutama yang memiliki keadaaan fasilitas yang terparah yakni Desa Dangiang, Lombok Utara.
Salah satu fasilitas sementara tersebut yakni sekolah darurat untuk aktifitas belajar dan bermain anak-anak korban gempa. Tim IZI dibantu dukungan tenaga relawan dari mahasiswa Universitas Mataram mengajar dengan cara mengasyikan.
“Alhamdulillah, kami sudah bergabung dengan IZI sudah lebih dari sepekan. Alhamdulillah untuk para donatur IZI yang memberikan untuk beberapa fasilitas untuk mendukung kegiatan belajar, seperti buku tulis, alat tulis, karton, dan lain sebagainya," ujar Ilham, ketua tim relawan mahasiswa Universitas Mataram.
Direktur Pendayagunaan IZI Nana Sudiana berharap, sekolah darurat ini bukan hanya ada di satu titik. Tapi kelak akan menyebar juga di beberapa dusun lainnya. Hal ini agar bisa memberikan aktivitas yang bermanfaat sambil menunggu pengumuman jadwal sekolah aktif seperti biasanya.
Sekolah darurat ini juga menjadi harapan IZI bukan hanya memberikan kegiatan belajar tetapi juga bermain agar juga bisa memberikan rasa senang untuk anak-anak korban gempa. Dengan bermain dan belajar diharapkan sejenak bisa melupakan kejadian gempa Lombok yang berturut–turut mereka rasakan.