REPUBLIKA.CO.ID, OLEH DR HASAN BASRI TANJUNG
Sahabat kesayangan Nabi SAW, Abu Hurairah RA meriwayatkan sebuah hadis mengenai ketulusan seorang dermawan pada masa lampau. Suatu hari lelaki itu berkata, "Malam ini aku akan bersedekah." Lalu, ia pun memberi sedekah kepada orang yang ditemuinya. Keesokan hari, rupanya menjadi buah bibir orang karena yang menerima adalah seorang pelacur.Ia pun menyesalinya dan berdoa, "Ya Allah, segala puji bagi-Mu yang menakdirkan sedekahku jatuh ke tangan pelacur. Aku akan bersedekah lagi."
Pada malam berikutnya, ia memberi sedekah kepada orang yang dijumpai. Namun pada pagi hari, lagi-lagi menjadi bahan cemoohan karena sedekahnya diterima oleh orang berada. Lelaki itu pun tambah gundah dan berkata, "Ya Allah, segala puji bagi-Mu, ternyata sedekahku jatuh ke tangan orang kaya. Aku akan bersedekah lagi."
Berharap tidak keliru lagi, malam itu, ia pun berse dekah kepada seseorang. Namun, esok hari ramai lagi dibicarakan khalayak dan menyayangkan sedekahnya diterima oleh seorang pencuri. Mendengar hal itu, ia merasa gagal untuk bersedekah kepada orang yang tepat. Lalu berucap, "Ya Allah, segala puji bagi-Mu, rupanya sedekahku diterima oleh seorang pelacur, orang kaya, dan pencuri."
Suatu malam, ia bermimpi didatangi seorang malaikat dan berkata, "Sedekahmu telah diterima Allah. Adapun sedekah yang jatuh ke tangan pelacur, semoga ia berhenti melacurkan diri. Sedekahmu kepada orang kaya, kiranya ia sadar dan mau berbagi. Sementara, sedekahmu kepada pencuri akan membuatnya berhenti mencuri." (HR Bukhari).
Kisah inspiratif ini relevan sekali dalam upaya kita membangun karakter kedermawanan pada anak-anak. Paling tidak, ada tiga pesan berharga di dalamnya, yakni:Pertama, dasar utama segala perbuatan baik adalah ketulusan (ikhlas), semata karena Allah SWT (QS.98: 5).Menjaga keikhlasan dalam berbuat kebajikan sering kali dinodai oleh penyaki hati, yakni selalu ingin dilihat (riya`)dan ingin dipuji (sum'ah), yang akhirnya menjadi `ujub (kagum pada diri sendiri).
Kedua, jika sedekah itu untuk seseorang, lebih utama sembunyi. Seseorang akan mendapat perlindungan Allah pada hari kiamat karena bersedekah diam-diam sehingga tangan kiri tidak tahu apa yang diberikan tangan kanan (HR Bukhari). Namun, jika mampu menjaga hati, sedekah terbuka tetap dianjurkan (QS.
93: 11).
Ketiga, sedekah yang tulus tidak akan diabaikan dan pasti mendapat ganjaran dari Allah SWT. Sebab, sedekah akan memberikan dampak positif tersendiri bagi penerimanya, apa pun latar belakang, status sosial, bahkan agamanya. Kisah di atas menegaskan, walaupun diterima seorang pelacur, orang kaya, dan pencuri, terselip secercah harapan di dalamnya.
Demikian pula halnya, ketika kita bersedekah untuk korban bencana Lombok NTB yang menelan korban 300 orang lebih meninggal dunia, luka-luka berat, dan kehilangan harta benda. Begitu pun, ketika kita memberi sumbangan dalam rangka memeriahkan HUT Kemerdekaan ke-73 RI. Tak usah risau siapa yang akan menerimanya karena sedekah kita akan bernilai kebajikan dalam merajut kebersamaan anak bangsa dan tanda syukur atas nikmat Allah SWT.
Sungguh, sedekah yang tulus tak akan pernah salah sasaran dan selalu memberi maslahat bagi penerimanya.Tentulah, Allah SWT akan memberikan balasan yang berlipat ganda di dunia dan akhirat kelak (QS. 2: 261-262). Insya Allah, kedermawanan itu pula yang akan menjadi karakter anak-anak kita, amin. Allahu a'lam bish-shawab.