REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dompet Dhuafa (DD) menargetkan pembangunan 300 unit rumah sementara untuk korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tempat tinggal sementara tersebut memiliki konsep desain seperti rumah agar korban gempa merasa lebih nyaman seperti di rumah.
Target tersebut untuk tahap awal yang diharapkan selesai dalam tiga bulan ke depan. Direktur Mobilisasi Zakat, Infak, Sedekah (ZIS) Dompet Dhuafa, Bambang Suherman mengatakan program ini masuk dalam fase recovery atau pemulihan pascafase respons.
Fase ini bertujuan mempercepat proses pemulihan kondisi masyarakat di lapangan agar segera menuju normal. Salah satunya adalah dengan membangun tempat tinggal sementara yang terasa seperti di rumah.
"Beberapa prinsip dasar yang kita gunakan adalah untuk mengembalikan hunian masyarakat berbasis rumah mereka," kata Bambang kepada Republika.co.id, Kamis (23/8).
Menurutnya, saat ini DD telah membangun secara masif sebanyak 30 unit untuk tahap awal dan berharap dapat membangun sebanyak mungkin. Sebanyak 300 unit untuk tiga bulan ke depan dan 300 unit lain untuk tahap selanjutnya secara bertahap.
DD berharap dapat membangun sekitar 900 unit berdasarkan bantuan masyarakat. Sebanyak hunian tahap awal berlokasi di sekitar wilayah posko DD di Tanjung. Penempatan hunian lainnya akan disesuaikan berdasarkan koordinasi dengan pihak lain.
Bambang mengatakan fase pemulihan fokus pada upaya membawa masyarakat pada kondisi normalnya. Upaya yang dilakukan termasuk pemulihan mental, fisik dan pembangunan.
Selain pembangunan rumah, DD juga akan membangun sekolah sebagai upaya mengembalikan psikologis anak-anak. Sekolah sementara memiliki konsep bangunan kelas sehingga dapat mengembalikan suasana yang biasa dirasakan anak-anak.
"Ini penting bagi mereka agar merasa kembali ke sekolah dan mengalami kehidupan normal, ini mempercepat proses pemulihan mental mereka," kata Bambang yang terlibat langsung upaya tanggap darurat DD di Lombok.
Ia menyampaikan tim pendidikan DD sedang mempersiapkan segala keperluannya. Mulai dari penilaian kebutuhan, desain sekolah hingga program atau kurikulum apa saja yang dibutuhkan untuk dikembangkan.
Selanjutnya, DD akan membangun sarana ibadah bagi masyarakat. Masjid sementara dapat digunakan sebagai tempat berkumpul agar korban gempa dapat bersama secara kolektif dan menenangkan satu sama lain.
Sarana ibadah dapat mengembalikan fungsi-fungsi religius yang dapat mempercepat pemulihan psikologis. Setelah pulih, mereka dapat mulai berpikir normal untuk menata lagi kehidupan ke depannya.
Setelah fase pemulihan akan ada fase normalisasi. Di dalamnya termasuk upaya pemberdayaan agar masyarakat dapat kembali menjalani hidup mandiri. Pembangunan ekonomi kemasyarakatan akan menjadi fokus utama.
Sementara untuk pembangunan daerah, perlu ada fase pembersihan yang dilakukan pemerintah. Kemudian, koordinasi dengan banyak pihak, utamanya pemerintah daerah untuk kembali membangun secara permanen.