REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Alquran merupakan kitab suci dan pedoman bagi seluruh umat muslim di dunia. Sebagai seorang Muslim, pengenalan Alquran seharusnya sudah dilakukan sedini mungkin. Mirisnya, banyak anak muda yang mulai meninggalkan kebiasaan membaca Alquran. Munculnya berbagai media hiburan baru seperti televisi dan gadget telah menggeser kebiasaan membaca Alquran anak muda zaman sekarang.
Kemirisan tersebut dirasakan sejumlah mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang meresponsnya dengan membentuk tim yang terdiri dari Nisa Nurjanah, Risky Ramadhan, Ida Rahayu, Iva Nurul Faizah, dan Nurjanah. Mereka menawarkan suatu metode baru untuk meningkatkan minat baca dan mempelajari makna Alquran bagi anak-anak yaitu SaubatQu.
SaubatQu singkatan dari Saung Baca dan Tadabbur Quran. Ini merupakan program pengabdian masyarakat yang dituangkan dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) dengan judul “SaubatQu (Saung Baca dan Taddabur Quran) Metode Belajar Berbasis Boneka Tangan di Madrasah Daerah Cangkurawok.” Program pengabdian dilakukan oleh tim di bawah bimbingan Salahuddin El Ayyubi Lc, MA.
Berawal dari kepengurusan Rohani Islam (Rohis) masa Program Pendidikan Kompetensi Umum (PPKU), tim ini melakukan bakti sosial ke suatu madrasah di daerah Cangkurawok, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Kemudian, tim memutuskan untuk menjadikan madrasah tersebut sebagai sekolah tujuan program pengabdian.
“Sebelumnya, kami sempat berasumsi bahwa metode mengaji Alquran dari dulu itu tidak banyak berubah. Hal tersebut dapat menyebabkan memudarnya kebiasaan mengaji pada anak. Kami menawarkan metode baru dalam menyampaikan isi Alquran yaitu dengan boneka tangan. Metode ini kami pilih sebagai inovasi untuk meningkatkan minat anak dalam membaca dan memahami makna Al-Qur’an,” tutur ketua tim, Nisa Nurjanah dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (21/8).
“Dongeng yang saat ini kami buat difokuskan pada surat-surat pendek atau juz 30. Kami sudah membuat tiga dongeng dari surat Al-Lahab, Al-Quraisy, dan Al-Fiil,” ungkap salah satu anggota tim, Ida Rahayu.
Mahasiswa IPB mengajari anak membaca Alquran dengan metode boneka tangan.
SaubatQu memiliki tiga tokoh utama yaitu Sauba sebagai boneka perempuan, Ququ sebagai boneka laki-laki, dan Somat sebagai peran pendukung. Dongeng yang dibuat memunculkan sifat-sifat atau makna dari suatu surat yang harus diteladani oleh anak.
“Kami menentukan tokoh dan naskah cerita. Contohnya pada surat Al-Lahab yang artinya gejolak api. Surat ini menceritakan sifat Abu Lahab dan istrinya yang suka menyebar fitnah. Dongeng surat Al-Lahab ini menampilkan latar tempat di suatu madrasah di mana Sauba dan Ququ yang sedang bertengkar, karena Ququ belum berhasil menghafalkan surat Al-Lahab. Kemudian, seorang tokoh sebagai manusia kami munculkan sebagai ustaz yang menceritakan makna dari surat Al-Lahab. Kami memanfaatkan boneka tangan sebagai pengantar dongeng dalam menyampaikan makna dari surat Al-Lahab,” tutur salah satu anggota tim, Nurjanah.
“Tema yang kami buat menyesuaikan juga dengan surat yang akan didongengkan. Kami melihat anak-anak madrasah ini membutuhkan bantuan untuk meningkatkan kecintaannya pada Alquran dan berusaha menanamkan akhlak baik. Sehingga, kami menentukan metode boneka tangan ini sebagai solusinya. Kami juga akan melakukan inovasi baru untuk boneka tangan agar bisa dipasangi baterai, sehingga lebih efektif dalam menyampaikan dongeng,” jelas salah satu anggota tim, Risky Ramadhan.
“Tidak hanya kami saja yang mendongeng. Kami mengajarkan kepada anak madrasah tersebut untuk mendongeng juga. Kami melakukannya, agar program SaubatQu ini dapat terus diterapkan di madrasah ini dan menjadi suatu metode belajar yang dapat dicontoh untuk madrasah lain,” harap ketua tim PKM M, Nisa Nurjanah.