REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemimpin Muslim meminta Perdana Menteri Inggris Theresa May menyelidiki komentar provokatif mantan menteri luar negeri Inggris Boris Johnson tentang cadar. Hal ini demi menunjukkan tidak ada yang boleh mengorbankan minoritas dengan impunitas, Senin (13/8).
Dewan Muslim Inggris (MCB) menulis surat kepada May menuntut agar Johnson menghadapi penyelidikan disiplin penuh karena menyamakan wanita Muslim bercadar dengan perampok bank dan kotak surat. Seperti dilansir di Morning Star Online, Selasa (14/8), dalam surat yang dirilis ke media Inggris, MCB mengatakan hal ini menjadi keprihatinan mendalam bahwa beberapa anggota parlemen Konservatif tampaknya menekan ketua partai agar mengabaikan keluhan yang dibuat.
Mereka menambahkan proses pendisiplinan, yang secara otomatis dipicu setelah keluhan tentang pernyataannya, harus diikuti dan tidak terkecuali untuk Johnson.
MCB menuduh Johnson menyebarkan meme yang digunakan sebelumnya oleh kelompok sayap kanan dan mengatakan komentarnya telah memicu para fanatik anti-Muslim. Menghentikan pengaduan akan mengirim pesan yang jelas partai tidak memperlakukan islamofobia dengan keseriusan yang pantas dan akan menjadi dakwaan kemampuan partai untuk menganggap islamofobia secara serius,” surat itu menyimpulkan.
Youtube/The Guardian
“Johnson menganggap komentarnya yang tidak senonoh itu lucu. Komentarnya tentang burka juga mempengaruhi wanita Muslim yang tidak mengenakan cadar," kata pendiri Tell Mama, Fiyaz Mughal kepada The Guardian.
Menteri Bayangan untuk Perempuan dan Persamaan di Partai Buruh, Naz Shah juga menyerukan partai konservatif mengambil tindakan tegas. Dia mengatakan komentar Boris Johnson yang memecah-belah berisiko membuat lebih banyak serangan terhadap Muslim.
"Theresa May perlu segera memahami islamofobia di Partai Konservatif sebelum situasinya benar-benar tidak terkendali," kata Naz Shah.