REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menaruh perhatian terhadap fenomena LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) yang penyebarannya bagai gunung es dan kini semakin mengkhawatirkan. Tak terkecuali di wilayah Papua.
Siaran pers Baznas yang diterima Republika.co.id, Senin (13/8) menyebutkan, dalam menangani masalah LGBT, diperlukan peran penting pendidik, khususnya sinergisme antara keluarga dan sekolah. Agar mampu melakukan deteksi sedini mungkin, serta melakukan strategi pencegahan dan penanganan yang tepat. Hal itu penting guna menciptakan kualitas sumber daya manusia yang bukan hanya cerdas secara otak, tetapi juga jasmani dan rohani/spiritual.
Menyadari hal ini, Baznas Pusat bekerja sama dengan Baznas Provinsi Papua mengundang dua pembicara dari Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengikuti pelatihan Gagas Guru Gesit yang diikuti oleh 48 guru di Jayapura, Papua.
"Pelatihan bertema 'Fenomena LGBT: Peran Sekolah dan Keluarga dalam Penanganan dan Pencegahannya' itu diadakan di Dinas Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial, Abepura, Jayapura, Rabu dan Kamis, 8-9 Agustus 2018," kata penanggung jawab program Gagas Guru Gesit Baznas, Rico J Artanto.
Sebanyak 48 guru di Provinsi Papua mengikuti pelatihan mengenai cara menangani dan mencegah LGBT.
Pembicara pertama adalah Dr Ir Herien Puspitawati MSc yang merupakan Ketua Divisi Ilmu Keluarga, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Ia tampil bersama psikolog Emma Indirawati.
Kedua nara sumber memberikan pemahaman mengenai pentingnya peran pendidikan dalam membentuk sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, pengertian dan fakta-fakta mengenai LGBT, serta strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menangani pelaku LGBT.
“Pelatihan ini tidak hanya berguna untuk meningkatkan kesadaran (awareness) terhadap permasalahan LGBT khususnya di sekitar, tetapi juga diharapkan dapat ikut diimplementasikan dalam kegiatan pendidikan di sekolah,” ujar Rico.
Sebanyak 48 guru aktif dalam pelatihan termasuk berdiskusi mengenai deteksi awal kecenderungan LGBT di sekolah. "Bagi para guru, pelatihan ini akan membantu dalam berinteraksi dengan para siswa dan orang tua siswa sekolah. Pelatihan Gagas Guru Gesit dengan tema serupa juga sudah dilakukan Baznas di Bali pada 29-30 Mei lalu," papar Rico.