REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) meminta masyarakat untuk tidak khawatir dengan perbedaan waktu Idul Adha antara Indonesia dan Arab Saudi. Perbedaan ini terjadi karena penetapan awal Dzulhijah dua negara ini pun berbeda. "Kita sudah memutuskan bahwa 1 Dzulhijah itu jatuhnya pada 13 Agustus. Ini sudah dipastikan saat sidang itsbat juga," ujar Direktur Penerangan Agama Islam (Penais) Ditjen Bimas Islam Kemenag Khoirudin saat dihubungi Republika.co.id, Senin (13/8).
Ketika perhitungan 1 Dzulhijah dimulai dari 13 Agustus, 10 Dzulhijah saat perayaan Idul Adha di Indonesia jatuh pada 22 Agustus. Ini juga sudah menjadi kesepakatan antara pemerintah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Muhammadiyah.
Mengenai penetapan Dzulhijah ini, Khoirudin menyebut Indonesia lebih dulu menetapkan kapan dimulainya tanggal 1 Dzulhijah. Jika ada kesan perbedaan, hal tersebut karena posisi waktu yang berbeda. "Di Indonesia kita pakainya hisab dan rukyat. Kita berpatokan pada dua hal ini. Ini metode yang paling kita yakini benar untuk menetapkan tanggal 9 dan 10 Dzulhijah," ucapnya.
Mengenai sah tidaknya puasa Arafah yang akan dilakukan umat Muslim Indonesia, sementara Arab Saudi sedang merayakan Idul Adha, Khoirudin menyatakan tetap sah dan tidak haram. Hal ini karena tiap negara memiliki patokan-patokan sendiri.
"Untuk puasa Arafah berarti tanggal 21 Agustus dan puasa Tarwiyah 20 Agustus, Senin. Enggak ada pengaruh ketika kita puasa di Arab Idul Adha. Perhitungannya berbeda tiap negara," lanjutnya.
Sementara, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag Juraidi menyatakan, perbedaan penetapan Idul Adha ini karena tempat melihat hilal antara Indonesia dan Arab Saudi berbeda. "Ada perbedaan mathla' atau tempat. Semakin posisi ke sebelah barat semakin mungkin melihat hilal. Posisi Arab Saudi itu di barat Indonesia," ucapnya.
Posisi hilal di Arab Saudi saat penetapan berada di atas ufuk atau sekitar dua derajat 37 menit, sementara di Indonesia posisi hilal di bawah ufuk antara minus satu derajat 43 menit hingga nol derajat 14 menit. Dengan demikian, posisi hilal di Indonesia tidak bisa dirukyat atau dilihat.