Selasa 31 Jul 2018 11:03 WIB

Cara Somalia Didik Anak-Anak Baca Alquran

Murid menggunakan papan kayu untuk menyalin dan mempelajari ayat-ayat Alquran.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Alquran
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Republik Demokratik Somalia terletak di timur laut Afrika. Ini adalah wilayah yang dikenal sebagai tanduk Afrika. Negara ini berbatasan langsung dengan Djibouti di barat laut, Ethiopia di barat, dan Kenya di barat daya. Teluk Aden memisahkan Somalia dari semenanjung Arab, dan Samudra Hindia berbatasan dengan wilayah timur dan selatannya.

Ada sekitar 8 juta warga Somalia. Orang-orang Somalia dipersatukan oleh bahasa, budaya, dan Islam. Mereka terbagi menjadi sejumlah suku. Permusuhan antarsuku selalu menjadi sumber konflik negara. Hal itu mengakibatkan perang saudara selama tujuh tahun (1991-1998) yang sepenuhnya melumpuhkan negara.

Berbagai upaya dilakukan untuk memulihkan kondisi mereka pada tahun 2001.Negara melibatkan organisasi internasional untuk membangkitkan semangat masyarakat membangun negeri. Pendidikan menjadi sarana pemulihan yang efektif. Anak- anak diarahkan untuk belajar. Suasana akademik membuat mereka berpikir kritis dan menatap masa depan dengan cerah.

Somalia memiliki sejarah pendidikan yang panjang dan rumit. Awalnya negeri ini memiliki model pendidikan informal yang khas. Orang tua menularkan nilai-nilai sosial dan budaya kepada kaum muda melalui teladan dan dongeng.

Orang Somalia menjaga sejarah mereka secara lisan. Setiap generasi menceritakan sejarahnya kepada anak- anak. Ada sejarah dan informasi yang disampaikan kepada para penerus. Anak-anak muda belajar bagaimana bertahan hidup di dunia mereka sebagai pengembara dan pejuang kesukuan.

Berbagai bangsa datang dan pergi ke negeri tersebut, mulai Arab, kemudian dilanjutkan dengan kolonialisasi Italia, Prancis, dan Inggris. Masing-masing mereka meninggalkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat setempat.

Pengaruh Arab diketahui sudah ada sejak tahun 700 M. Ketika itu, seke lompok orang Arab Muslim membawa Islam ke wilayah tersebut dan menyebarkannya kepada masyarakat lokal.

Pada tahun 1300-an hampir semua orang Somalia memeluk Islam. Beberapa kota, termasuk Zeila dan Berbera menjadi pusat budaya dan pembelajaran Islam.Masjid dan sekolah Islam dibangun untuk mengajarkan muslim tentang Alquran dan bahasa Arab.

Ketika bangsa Eropa masuk, pengaruh Islam memudar pada abad ke-18. Di saat pengaruh Eropa menyebar, masyarakat berusaha mempertahankan tradisi Islam. In stitusi pendidikan Islam sangat berpengaruh karena banyak sekolah Alquran dibuka. Lembaga tersebut juga mendapatkan bantuan bangsa kolonial dan diakui sebagai satu-satunya bentuk pendidikan formal.

Ulama bersinergi dengan para pengembara mengajari anak-anak cara membaca, menulis, dan menghafal Alquran. Murid menggunakan papan kayu untuk menyalin dan mempelajari ayat-ayat Alquran.Mereka belajar menguasai bahasa Arab.Guru-guru Islam dibayar dengan domba, sapi, unta, dan bahan makanan lainnya.

Perjanjian-perjanjian yang dicapai oleh komunitas internasional pada 1888 secara resmi membagi penguasaan Somalia, Inggris, Italia, dan Prancis. Prancis men duduki wilayah barat laut, yang merupakan wilayah Djibouti. Inggris menguasai wila yah utara dan tenggara. Italia mengambil daerah di selatan ke timur laut.

Pada kemerdekaannya dari pasukan ini pada tahun 1960, Somalia Inggris dan Italia bergabung untuk membentuk Somalia saat ini. Sedangkan, Somalia Prancis memilih untuk tetap otonom dan membentuk negara terpisah dengan nama Djibouti.

Selama rezim kolonial, masing-masing kekuatan membentuk sistem pendidikan tersen diri agar sesuai dengan tujuan pem bangunan wilayahnya. Orang Italia tertarik melatih orang Somalia untuk menjadi peta ni atau pekerja terampil untuk digunakan di per kebunan pisang. Ini untuk memini malisasi migrasi orang Italia ke wilayah tersebut.

Inggris membutuhkan penduduk asli yang dapat membantu mengelola kebijakan kolonial dan menjaga hukum dan ketertiban. Pendidikan khusus tingkat dasar dan rendah ditawarkan oleh Inggris dan Italia untuk memenuhi kebutuhan ini.

Pada tahun 1947, baik di Somalia Ing gris maupun Italia, ada total 32 sekolah da sar, aka demi polisi, dan sekolah kesehatan. Persen tase warga Somalia yang mendapat kan pen didikan sangat minum. Di Somalia Italia, jum lah mereka hanya 1.265 siswa atau sepersepuluh dari 1 persen populasi.

Sekolah Alquran

Oleh Ratna Ajeng Tejomukti

Dalam Dokumen UNICEF, Somalia adalah salah satu negara pertama penye- baran Islam di Afrika.

Hampir semua orang Somalia adalah Muslim. Sistem dasar pengajaran agama adalah institusi Alquran.

Selain agama, sekolah Alquran menyedi- akan pendidikan Islam prasekolah untuk anak- anak, mengisi peran agama dan sosial yang sangat jelas di negara ini. Orang tua menilai, sekolah Alquran sebagai bagian dari pendidikan moral. Oleh karena itu, mereka mendukung guru-guru Alquran mendidik anak-anak.

Sekolah Alquran adalah pendidikan lokal nonformal. Anak-didiknya adalah mereka yang berusia lima hingga 14 tahun. Kekuatan lem- baga pengajaran Alquran terletak pada dukun- gan masyarakat.

Penggunaan bahan ajar dibuat secara lokal dan tersedia luas.

Selain itu, ini adalah satu-satunya sistem yang dapat diakses oleh anak-anak Somalia yang jumlahnya sekitar 50 persen dari populasi total. Mereka juga menulis dengan tongkat dan tinta yang terbuat dari susu dan jelaga.

Sebuah survei tahun 1993 menunjukkan, beberapa lembaga tradisional ini memiliki fasilitas yang buruk. Mereka kekurangan sani- tasi dan sumber air. Negeri Somalia dikenal kering dan jauh dari sumber air.

Kualitas perawatan yang diberikan juga tidak sesuai dengan perkembangan sosiologis, psikologis, dan kognitif anak-anak, dan ini memiliki dampak langsung pada kesehatan dan status gizi anak.

Para guru tidak pernah dilatih secara for- mal untuk mengajar. Mereka hanya belajar agama dan sejumlah ilmu pengetahuan dari para pendahulu. Mereka minim pengetahuan tentang pendidikan modern.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement