REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Akbar Tanjung mengatakan, Keindonesiaan dan Keislaman tak dapat dipisahkan di dalam tubuh ICMI. Keduanya seperti dua sisi dalam satu mata uang.
Ia menilai komitmen Keindonesiaan termotivasi oleh nilai-nilai Keislaman yang memberi rahmat bagi semesta alam. Islam, kata Akbar, merupakan agama yang terbuka dan berorientasi kepada kemajuan. "Islam menghormati kemajemukan," ujar mantan Ketua DPR RI ini, ketika memberikan testimoni Silaturahim dan Halal Bi Halal Kebangsaan, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Kamis (26/7).
Menurutnya, keberagaman adalah sunnatullah. Contohnya Allah menciptakan manusia bersuku-suku. Oleh karena itu, sebagai umat Islam harus ikut berperan dalam pembangunan bangsa.
Tokoh-tokoh Islam terdahulu telah banyak tercatat dalam perjuangannya meraih kemerdekaan Indonesia. Selain itu mereka juga ikut merancang pondasi negara.
Akbar mengatakan, Pancasila adalah karya dari para pendiri bangsa yang di dalamnya terdapat tokoh Islam. Tokoh Islam dahulu sangat mempunyai sikap toleransi yang tinggi. "Itulah yang sekarang menjadi tugas kita mempertahankan Pancasila," kata Akbar.
Namun yang lebih penting yaitu mengamalkan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Islam telah terbukti menjadi perekat atas kemajemukan yang ada di Indonesia sejak berdirinya. Hal tersebut dibuktikan dengah kesepakatan yang dilakukan tokoh Islam dalam menentukan sila-sila Pancasila.