REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di usinya yang ke-25 tahun, Dompet Dhuafa (DD) telah banyak menebar kebaikan di seluruh pelosok nusantara. Di antaranya, DD telah melakukan pembinaan terhadap kelompok usaha yang ada di masyarakat. Salah satu kelompok usaha yang menerima manfaat dari DD yaitu kelompok tani madu hutan di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.
Salah satu anggota kelompok tani ini, Eman Sulaiman mengatakan bahwa setelah kelompoknya dibina DD, kini omset yang dihasilkan mencapai Rp 700 juta per tahun. "Omsetnya sekarang sudah Rp 700 juta per tahun," ujar Eman saat konferensi pers Dompet Dhuafa di Arimbi Pejaten Suites, Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (10/7).
Dia pun menceritakan kondisi para petani sebelum dibina Dompet Dhuafa. Menurut dia, sebenarnya pemanfaatan madu hutan di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon telah dilakukan oleh para petani secara turun temurun. Karena, menurut dia, pada musim kemarau para petani tidak bisa menggarap sawah lantaran kering.
"Akhirnya memanfaatkan madu karena musim kemarau banyak tumbuh bunga di hutan, jadi banyak madu hutan. Namanya kalau di Sunda odeng," ucapnya
Madu hutan merupakan madu yang dihasilkan dari jenis lebah hutan Apis Dorsata atau disebut Odeng yang merupakan lebah paling banyak menghasilkan madu dari nectar bunga tanaman endemik hutan yang beragam.
Namun, saat itu para petani hanya mengambil madu hutan disembarang tempat dan memanen madu dengan teknik pangkas habis seluruh sarang dan memerasnya hingga madu menjadi tidak higienis, cepat fermentasi dan nilai jualnya rendah.
"Tahun 2012 kemudian baru membentuk kelompok yang anggotanya 23 orang awalnya," katanya.
Kelompok usaha tersebut diberinama Koperasi Hanjuang yang beralamat di Kampung Saruni, Kecamatan Majasari, Pandeglang, Banten. Kemudian, setelah dibina oleh Dompet Dhuafa pada 2014, koperasi usaha tersebut kininbisa memasarkan madu hutan dengan semakin baik.
Dulu, kata dia, madu hutan yang dijual hanya Rp 30 ribu untuk ukuran botol kecap dan bahkan banyak yang tidak laku. Tapi, setelah dibina oleh Dompet Dhuafa kini kelompok tani tersebut mampu menjual madu dengan harga Rp 80 ribu untuk ukuran botol kecil.
Bahkan, menurut dia, Koperasi Hanjuang kini bisa bekerjasama dengan perusahaan asal Swedia PT. Oriflame Indonesia, di mana madu hutan tersebut dimanfaatkan sebagai salah satu produk kecantikan brand kosmetik terkenal ini.
"Permintaannya itu 5.000 botol per bulan," ucapnya .
Selain itu, kelompok tani madu hutan kini juga bisa menerapkan panen lestari setelah mendapat pembinaan dari Dompet Dhuafa, yaitu dengan cara memgambil madunya tanpa memangkas anakan lebahnya atau larvanya sehingga menjadi budi daya.
"Penerapan teknik lestari itu sangat membantu. Yang kedua, Dompet Dhuafa pada 2014 juga mendukung fasilitas dan peralatan, serta teknologi pengurangan kadar air," jelasnya
Di tempat yang sama, Direktut Program Dompet Dhuafa, Sabeth Abilawa menjelaskan bahwa pada 2 Juli kemarin Dompet Dhuafa genap berusia 25 tahun. Sejak 1993 sampai hari ini, kata dia, tercatat sudah ada sekitar 16 juta orang yang menerima manfaat dari DD, baik di Indonesia maupun manca negara.
"Dan hari ini data donatur kita itu ada sekitar 128 ribu, sehingga cukup banyak untuk berbuat sesuatu untuk masyarakat Indonesia," katanya.