Senin 09 Jul 2018 18:39 WIB

DMI Ragukan Survei 41 Masjid Terindikasi Radikal

Belum ada pelaku kekerasan berasal dari aktivis atau jamaah masjid di Jakarta.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Masjid (ilustrasi)
Foto: EPA/Mohammed Saber
Masjid (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI), Imam Addaruquthni meragukan hasil survei yang mengungkapkan 41 masjid pemerintahan di Jakarta terindikasi radikal. Menurut dia, selama ini konten khutbah yang disampaikan khatib pada shalat Jumat masih positif.

Menurut dia, ada kekacauan paradigma dari peneliti Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) yang melakukan survei tersebut. "Hasil survei itu meragukan. Satu, meragukannya itu para penelitinya atau pembuat kesempulannya itu jangan-jangan dia ada kekacauan paradigma yang diterapkan di situ," ujar Imam saat dihubungi Republika.co.id, Senin (9/7).

Dia mengatakan masih ingin membaca hasil penelitian tersebut. Karena, menurut dia, selama ini belum ada pelaku kekerasan atau pelaku aksi terorisme berasal dari aktivis masjid atau jamaah masjid di Jakarta.

"Selama ini DMI belum pernah merasakan ada indikasi itu (masjid pemerintahan radikal)," ucapnya.

Dia mengatakan, penelitian tersebut dilakukan dengan paradigma yang salah terhadap pemahaman radikalisme. Artinya, kata dia, sikap kritisisme itu jangan disamakan dengan radikalisme.

"Kalau kritisisime itu di Jakarta masjid-masjid itu banyak sekali yang kritis kepada pemerintah. Sejak dari zaman Pak Harto sampai sekarang pun apalagi," katanya.

Dia menambahkan, Waketum DMI Jenderal Syafruddin yang juga menjabat sebagai Wakapolri sebelumnya juga sempat menolak hasil penelitian Wahid Institute soal radikalisme. Karena, kata dia, radikalisme itu tidak mungkin disampaikan di tempat terbuka.

"Karena apa? Karakteristik radikalisme itu mestinya disampaikan di tempat tertutup, harus silence operation. Kalau di masjid bagaimana? Ya tempat terbuka nggak mungkin. Maka saya menolak kata beliau (Syafruddin) sinyalemen itu," ujar Imam.

Sebelumnya diberitakan, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) melakukan survei terhadap 100 masjid pemerintahan di Jakarta. Survei terhadap 100 masjid tersebut terdiri dari 35 masjid di Kementerian, 28 masjid di Lembaga Negara dan 37 masjid di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Ketua Dewan Pengawas Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Agus Muhammad mengatakan, survei itu dilakukan setiap shalat Jumat dari 29 September hingga 21 Oktober 2017. Kemudian, tim survei menganalisis materi khutbah Jumat yang disampaikan dan hasilnya ada 41 masjid yang terindikasi radikal.

"Dari 100 masjid itu 41 kategorinya radikal. Radikal rendah itu tujuh masjid, radikal sedang 17 masjid, dan radikal tinggi itu 17 masjid," ujar Agus saat dihubungi Republika.co.id, Senin (9/7).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement